Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang penjahat asal Amerika Serikat yang kebetulan gemar bermain Facebook, Instagram, dan lainnya harus lebih berhati-hati dalam memilih teman di situs jejaring sosial tersebut.
Hakim Federal Amerika Serikat telah mengizinkan aparat penegak hukum untuk membuat akun palsu di situs jejaring sosial sehingga bisa ‘berteman’ dengan akun pribadi milik tersangka untuk menelusuri lebih jauh kasus kejahatan yang dilakukannya.
Tidak hanya itu, pihak kepolisian bahkan diizinkan untuk menggunakan temuan-temuan mencurigakan di akun tersangka sebagai barang bukti yang menguatkan di pengadilan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebijakan pengadilan ini dibuat oleh William Martini, seorang hakim pengadilan distrik di Amerika Serikat yang menolak mosi terdakwa di pengadilan karena menganggap barang bukti yang dikumpulkan petugas polisi dari akun Instagram-nya adalah tidak kuat.
Terdakwa Daniel Gatson berpendapat bahwa polisi tidak memiliki hak untuk mencari bukti-bukti melalui akun Instagram-nya. Tapi Hakim Martini menilai bahwa sejak Gatson menyetujui atau menerima permintaan untuk menjadi teman sebuah akun palsu yang dibuat polisi, maka hal tersebut dianggap persetujuan bagi pihak lain termasuk penegak hukum untuk melihat foto dan informasi lain yang dia diposting ke akun Instagram-nya.
“Akibatnya, polisi tidak perlu surat perintah penggeledahan. Berbagi akses itu berdasarkan suka sama suka,” ujar Martini dikutip dari CNN, Sabtu (27/12).
Namun, langkah petugas penegak hukum membuat akun palsu untuk menjerat tersangka telah membuat Facebook dan Instagram geram. Facebook mengatakan mereka "sangat terganggu" dengan pernyataan pengguna mereka telah setuju privasinya di bongkar oleh suatu akun palsu milik penegak hukum.
Pada Oktober 2014, Facebook bahkan mengirim surat ke Drug Enforcement Administration (DEA) Amerika Serikat dan menuntut agen mereka berhenti membuat akun palsu di jaringan sosial.
"Tindakan menipu The DEA telah mengancam integritas komunitas kami," ujar Kepala Petugas Keamanan Facebook Joe Sullivan. "Menggunakan Facebook untuk mencari kesalahan orang lain, membuat pengguna merasa kurang aman dan aman ketika menggunakan layanan kami,” kata Sullivan.