Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia akan tetap menjadi pasar yang seksi bagi produsen ponsel pintar global untuk menjual produk terkininya. Jumlah ponsel pintar yang masuk ke Indonesia pada tahun 2015 ini diprediksi mencapai 29.769.332 unit, menurut lembaga riset IDC.
Angka tersebut tumbuh 20 persen dibandingkan tahun 2014. Salah satu pendorong pertumbuhan ini adalah semakin cepatnya koneksi internet mobile sehingga kebutuhan atas perangkat pendukung semakin tinggi. Dari kecepatan rata-rata 512 kbps, IDC memprediksi kecepatan internet di Indonesia akan mencapai 1 Mbps pada akhir 2015.
Analis Senior IDC Indonesia, Lutfi A. Husein mengatakan, tingginya konsumsi perangkat teknologi ini dipengaruhi oleh gaya hidup konsumen yang terus berupaya meningkatkan kualitas hidup. Akan makin banyak pula pengguna yang beralih dari ponsel fitur menuju ponsel pintar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melihat hal ini, pelaku industri pun berlomba-lomba untuk mempertahankan sekaligus memperbesar pangsa pasar mereka di tengah persaingan bisnis yang makin ketat," ujarnya saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (28/1).
Dengan pertumbuhan ponsel pintar, IDC memprediksi hal ini akan mendorong pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Berdasarkan riset sebuah situs perbandingan harga PricePanda, sebanyak 56 persen pengunjung PricePanda di Indonesia berbelanja menggunakan perangkat ponsel pintar.
Pada bisnis ponsel pintar, sejumlah merek besar seperti Samsung, akan mendapat gempuran dari produsen lokal serta merek dari Tiongkok macam Asus dan Lenovo. IDC mengatakan merek dari Tiongkok mulai dilirik oleh konsumen yang sejatinya hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di beberapa negara Asia Tenggara dan negara berkembang lain.
Kehadiran Xiaomi yang menyediakan ponsel dengan spesifikasi teknis tinggi, modifikasi peranti lunak yang baik, serta harga yang terjangkau, telah meningkatkan citra baik merek ponsel pintar Tiongkok di mata konsumen.
Indonesia juga telah kedatangan merek baru dari Tiongkok yang cukup dinanti, yaitu OnePlus. Mereka masuk ke pasar Indonesia pada 27 Januari 2015.
Baik Xiaomi dan OnePlus, punya strategi membangun citra merek dengan cara membangun komunitas. Selain menjadi konsumen, keberadaan komunitas yang kuat dapat berperan sebagai "relawan teknisi" untuk memberi solusi kepada konsumen lain yang mengalami masalah, juga sebagai "alat pemasaran gratis" di mana banyak pengguna yang berbagai cerita pengalaman menggunakan produk serta memberi rekomendasi untuk membeli produk tersebut.
Samsung masih jadi pemimpin di pasar ponsel pintar pada kuartal ketiga 2014, dengan raihan sekitar 20 persen. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh Advan dan Smartfren, namun IDC tidak mengungkap angka pastinya.
Xiaomi belum masuk daftar sebagai produsen yang punya pangsa pasar besar di Indonesia karena unit yang mereka jual sangat terbatas.
(adt/eno)