Tiongkok Perlahan Usir Teknologi Asing di Sektor Bank

Aditya Panji | CNN Indonesia
Minggu, 01 Feb 2015 08:28 WIB
Tiongkok mengatur peralatan komputer pada industri perbankan yang dinilai sebagai bentuk pengamanan dan upaya melepas ketergantungan dari teknologi asing.
Ilustrasi bendera Tiongkok. (Dok. Thinkstock/Danielvfung)
Jakarta, CNN Indonesia -- Draf baru peraturan pemerintah Tiongkok nampaknya akan memaksa perusahaan teknologi untuk memenuhi tes keamanan yang ketat sebelum mereka dapat menjual produk kepada lembaga bank di sana. Draf ini merupakan upaya pemerintah untuk perlahan melepas ketergantungan pada teknologi asing, tetapi disambut kritik oleh kelompok bisnis dari Amerika Serikat (AS).

Aturan ini belum secara resmi diadopsi oleh perusahaan lokal dan asing, dan pemerintah Tiongkok akan meninjau rencana ini pada pekan depan.

Ada klausul dari Regulator Perbankan Tiongkok yang diterbitkan pada 26 Desember 2012 dalam makalah 22 halaman, mengatur soal kriteria keamanan produk teknologi yang garus dipenuhi agar dianggap "aman dan terkendali" untuk digunakan di sektor keuangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Lalu Lintas Gmail Dihadang 'Tembok Api' Tiongkok

Perangkat komputer yang bakal di atur meliputi server, router nirkabel, hingga mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Router harus melewati sertifikasi enkripsi, begitu juga dengan layanan virtual private network (VPN).

Sementara itu, pemerintah Tiongkok juga hendak mengatur peranti lunaknya. Kode sumber yang dipakai sistem operasi, database, serta middleware, harus terdaftar di regulator untuk memenuhi syarat "aman dan terkendali."

Pada Rabu (28/1), kelompok bisnis AS mendesak Beijing untuk menunda peluncuran peraturan. Hal ini disebut kelompok AS sebagai bentuk perlindungan terhadap perusahaan lokal serta bentuk peningkatan keamanan data setelah mantan karyawan National Security Agency (NSA) AS, Edward Snowden, membocorkan dokumen intelijen yang menyatakan AS melakukan mata-mata terhadap negara lain.

Mengusir teknologi asing

Kantor berita Reuters melaporkan, peraturan baru ini diduga merupakan langkah penting "mengusir" teknologi asing setelah 18 bulan laporan bahwa teknologi AS dimanfaatkan sebagai agen mata-mata pasar luar negeri.

Pemerintah Tiongkok mulai menerapkan strategi pengendalian produk teknologi sejak tahun 2012. Mereka berharap sebesar 75 persen produk teknologi yang digunakan oleh bank akan memenuhi syarat "aman dan terkendali" pada 2016.

Jika ada perusahaan yang hendak memasok peralatan komputer ke bank di Tiongkok, pemerintah mewajibkan agar perusahaan membangun pusat penelitian dan pengembangan di dalam negeri, mendapatkan izin untuk mempekerjakan pusat layanan purna jual peralatan teknologi, dan membangun "port" yang memungkinkan pemerintah mengelola dan memonitor data yang diproses pada perangkat keras.

Baca juga: Tiongkok Tutup 'Jalan Tikus' Pengguna Internet

Analis berkata peraturan baru ini tidak memukul pangsa pasar pemasok asing secara langsung seperti IBM atau Oracle. Namun, hal ini jelas sangat berpengaruh dalam jangka panjang.

"Penekanannya bergerak menuju produk dalam negeri," kata analis Gene Cao dari perusahaan riset teknologi Forrester.

Perusahaan teknologi besar Tiongkok, macam Lenovo dan Huawei diprediksi akan memanfaatkan kesempatan ini. Lenovo telah mengakuisisi unit bisnis komputer server low-end IBM pada 2014 lalu sebesar US$ 2,3 miliar. Sementara Lenovo akan menawarkan produk virtualisasi atau komputasi awan mereka.

Seorang sumber dari perwakilan kelompok bisnis AS, yang tak mau disebut namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa hal semacam ini akan merambah sektor industri lainnya. Saat ini pemerintah Tiongkok memulai dari perbankan yang akan mendorong keluar teknologi perusahaan asing dari sektor ini.

Baca juga: Banyak Foto Demonstrasi, Tiongkok Blokir Instagram

Sumber yang dekat dengan pemerintah Tiongkok mengatakan, saat ini Bank Rakyat Tiongkok sedang menguji teknologi sistem operasi Microsoft Windows dengan beberapa mesin NeoKylin, yang memakai inti program Linux yang ditawarkan oleh Standard Software asal Tiongkok.

Seorang juru bicara Standard Software menolak berkomentar, tetapi berkata perusahaan "tidak akan menurunkan standar kualitas atau keamanan kami hanya karena kami vendor dalam negeri, tetapi dukungan kebijakan memberikan kami kesempatan untuk bersaing dengan produk asing di pasar dan menunjukkan kualitas produk dan pelayanan." (adt/adt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER