Jakarta, CNN Indonesia -- Badan antariksa Amerika Serikat (NASA) baru saja meluncurkan sebuah satelit yang dapat memantau kekeringan, kelembapan dan cairan di dalam Bumi. Dikutip dari
Utah People Post, peluncuran ini dipicu oleh kondisi kekeringan yang dialami kawasan Amerika dalam satu tahun terakhir.
Satelit bernama Soil Moisture Active Passive Satellite (SMAP) ini diluncurkan pada hari sabtu pukul 09.22 waktu setempat. Satelit ini nantinya akan bekerja untuk mengukur dan meramalkan kondisi kekeringan, banjir dan bencana alam lainnya pada masa depan.
Dengan bantuan satelit ini, para peneliti dapat mengukur situasi kelembapan tanah lapisan atas di Bumi. Nantinya, satelit ini dapat membuat sebuah pemetaan lengkap yang akan diperbaharui setiap tiga hari sejak peluncuran pertama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sudah berkomunikasi dengan SMAP dan semuanya tampak hebat," kata Tim Dunn, direktur peluncuran NASA.
Ia menambahkan bahwa satelit ini nantinya dapat menjadi aplikasi praktis bagi kehidupan sehari-hari terutama untuk meramalkan kondisi lingkungan di Bumi.
Menurut SMAP program executive, Christine Bonniksen, proyek ini akan memungkinkan para ahli untuk mengambil keputusan yang berpengaruh untuk lebih memahami kelembapan tanah dan perannya dalam siklus air di Bumi.
"Tanah sebenarnya adalah titik kontak pertama untuk curah hujan. Sebelum masuk sungai dan kembali ke atmosfer. Akibatnya, tingkat kelembapan tanah secara signifikan mempengaruhi daerah tertentu," katanya.
SMAP sendiri adalah satelit yang mulanya dijadwalkan akan meluncur pada tahun 2014 lalu. Namun karena adanya kendala teknis, NASA memutuskan untuk menunda peluncuran hingga 2015. SMAP merupakan salah satu dari 19 satelit lainnya yang berada di orbit Bumi. SMAP akan mengumpulkan data dari jarak sejauh 426 mil di atas permukaan bumi.
(eno)