Jakarta, CNN Indonesia -- Makin banyaknya pengguna komputer tablet dan ponsel pintar membuat jumlah dokumen yang dicetak di kertas berkurang. Tapi disaat bersamaan Samsung justru menuai manis dari industri mesin cetak di Indonesia.
"Dari divisi enterprise, printer menyumbang pendapatan paling tinggi," ujar Singgih Wandoyo Director Enterprise Business PT Samsung Electronics Indonesia.
Menurut Singgih, meski tumbuh tipis. Namun secara keseluruhan pasar printer di Indonesia masih menarik untuk digarap. Ini karena beberapa instansi atau perorangan masih membutuhkan media fisik seperti kertas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Printer dengan sistem operasi Android |
"Data terakhir IDC menunjukan permintaan printer untuk bisnis naik 3-4 persen. Jadi menurut kami industri printer masih cukup gemuk," kata Singgih.
Menurut Singgih, meski banyak dokumen yang sudah digital, namun untuk sebagian orang fisik kertas itu masih penting.
"Saya tidak setuju dengan pernyataan paperless, yang benar itu lesspaper. Karena orang masih akan mencetak sebagian dokumen yang menurutnya penting," kata pria asal Surabaya itu.
Melihat kebutuhan itu Samsung akhirnya memutuskan untuk merilis mesin cetak yang dilengkapi dengan sistem operasi Android.
Dilihat dari perawakannya yang besar, mesin tersebut memang jelas dibuat bukan untuk pengguna rumahan, melainkan untuk kelas kantor besar atau pelaku bisnis menengah ke bawah (UKM).
Printer yang masuk dalam seri Smart MultiXpress itu dibekali dengan layar sentuh 10 inchi sebagai pusat kendali. Lewat layar itu pengguna bisa melakukan proses mencetak, memeriksa printer, hingga membuat akun untuk membatasi aktivitas.
Printer dengan sistem operasi Android itu dijanjikan bakal segera dipasarkan di Indonesia. Namun sayangnya, Singgih belum mau membocorkan berapa harga jualnya nanti.
"Harganya nanti, tunggu peluncurannya tanggal 24 Februari," katanya.
(eno)