Jakarta, CNN Indonesia -- Serangan yang dilancarkan militer Amerika Serikat (AS) terhadap kelompok militan ISIS tidak hanya dilakukan di daratan dan udara, tetapi juga melawan propaganda ISIS di media sosial. FBI menyebut senjata ISIS yang paling berbahaya adalah media sosial.
Langkah ini dilakukan pemerintah AS mengingat kelompok tersebut aktif memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan pesan kelompok bahkan melakukan perekrutan.
Untuk melawan semua tu, AS dilaporkan akan membentuk tim baru yang disebut Information Coordination Cell dalam organisasi Center for Strategic Counterterrorism Communications yang didirikan pada 2011 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Senjata Paling Berbahaya ISIS: Media SosialTim baru Information Coordination Cell dilaporkan akan berkoordinasi dengan akademisi Muslim, ulama, dan tokoh masyarakat yang menentang ISIS. Menurut laporan
The New York Times, pemerintah bakal memperjelas tugas tim baru itu dalam waktu dekat.
Remaja 15 tahun dari negara Barat disebut FBI merupakan target ISIS untuk dijadikan anggota baru yang dirayu dengan janji palsu.
ISIS kerap menggunakan layanan jejaring sosial internet seperti Facebook dan Twitter atau aplikasi pesan instan untuk mengajak target anggota baru berkomunikasi. YouTube digunakan ISIS untuk menyebarkan pesan atau memperlihatkan eksekusi mati sandera.
Para analis mengatakan semakin banyak warga dari negara Barat yang bergabung dengan ISIS. Bahkan, mereka telah mengeluarkan buku panduan untuk masuk ke Suriah, melewati perbatasan, hingga bagaimana cara berbicara dengan petugas imigrasi.
Baca juga:
ISIS Retas Akun Twitter Newsweek dan Ancam Presiden Obama (adt/eno)