Kartu SIM Telkomsel dan Indosat Kena Sadap AS?

Susetyo Dwi Prihadi | CNN Indonesia
Kamis, 26 Feb 2015 14:00 WIB
Telkomsel dan Indosat mengaku menggunakan kartu SIM buatan Gemalto, yang sebelumnya diakui pernah disadap agen intelejen AS dan Inggris.
Ilustrasi penyadapan kartu SIM (Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gemalto mengakui adanya aksi penyadapan kartu SIM buatannya oleh agen intelejen Amerika Serikat dan Inggris. Padahal lebih dari 450 operator di seluruh dunia memakai jasa perusahaan itu.

Dari sekian banyak operator yang bekerjasama, Indonesia adalah salah satunya. Hal ini diakui oleh Telkomsel dan Indosat, bahwa ada kartu SIM yang beredar merupakan buatan Gemalto. Nasib pelanggan pun terancam? Baca Juga: (Kartu SIM Telkomsel dan Indosat Dibuat Gemalto)

Kabar ini awalnya dibocorkan oleh whistleblower Edward Snowden. Dalam dokumennya, mantan anggota NSA ini menyebutkan serangan ditargetkan melalui email korespondensi antara Gemalto dengan perusahaan infrastruktur telekomunikasi, seperti Ericsson, Nokia dan tentu saja Huawei asal Tiongkok.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah sukses meretas, mereka mencuri kunci enkripsi kartu SIM Gemalto ke beberapa negara. Disebutkan ada 12 negara di asia, eropa afrika dan timur tengah. Beruntung tidak ada nama Indonesia di dalamnya.

Dalam dokumen tersebut, yang dikutip Reuters, beberapa operator yang dibuka kunci enkripsnya itu berasal dari Afghanistan, Somalia, Yaman, Iran, Vietnam, Zimbabwe, Italia hingga Islandia. Pihak Gemalto sendiri mengakui menjual produknya ke empat negara dari 12 negara yang disebutkan.

Chief Executive Gemalto Oliver Piou menyebutkan ponsel model lebih tua yang banyak digunakan di pasar negara berkembang mungkin telah terpengaruh dari aksi yang dilakukan oleh NSA dan GHCW itu. Namun ponsel yang menggunakan jaringan 3G dan 4G tidak rentan terhadap jenis serangan itu.

"Pada tahun 2010, Gemalto telah banyak digunakan sistem transfer yang aman dengan pelanggan dan hanya pengecualian langka untuk skema ini bisa menyebabkan pencurian," katanya.

Gemalto menegaskan bahwa mereka telah mengalami banyak serangan pada tahun 2010 dan 2011, dan menemukan dua gangguan canggih yang hanya bisa dilakukan oleh negara tertentu saja.

Kendati demikian, Gemalto sangat yakin, bahwa aksi mata-mata itu berdampak kecil pada privasi miliaran pengguna ponsel di seluruh dunia. Perusahaan asal Belanda itu pun mengesampingkan tindakan hukum.

"Fakta-fakta ini sulit dibuktikan dari perspektif hukum dan dalam sejarahnya mengejar negara itu membutuhkan dana yang mahal, waktu panjang dan perbuataan sewenang-wenang," Piou, menambahkan.

Walaupun secara terbuka mengaku bahwa ada kemungkinan NSA dan GHCQ meretas sistem mereka dan menyadap kartu SIM, Piou enggan membeberkan detil informasi lainnya.

"Berapa banyak (kode keamanan kartu SIM) telah dicuri, itu sulit untuk mengatakan. Berapa banyak yang telah digunakan, itu lebih sulit untuk dikatakan," katanya kepada wartawan dalam sebuah konferensi pers, di Paris, Prancis.

Saat ini yang dilakukan pihaknya adalah mencegat kunci enkripsi yang membuka kartu SIM ponsel yang sedang dikirim dari fasilitas produksi ke operator jaringan mobile di seluruh dunia.

Piou mengatakan perusahaan belum menghubungi AS atau badan intelijen Inggris karena hal itu akan buang-buang waktu dan lagipula mereka tidak berencana untuk mengambil tindakan hukum, karena peluang keberhasilannya hampir tidak ada.

Sementara itu ditemui di Lombok, Menkominfo Rudiantara mengaku belum mengetahui perkembangan berita soal Gemalto tersebut. Walaupun demikian, dia mengatakan hal tersebut tak menutup kemungkinan untuk terjadi.

"Teknologi apapun bisa saja disadap, dan kartu SIM itu kan pakai data algoritma. Nah, itu yang disebar apa tidak," sebutnya. (adt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER