Mesir Ternyata Bikin Mumi Jauh Sebelum Era Firaun

Deddy S | CNN Indonesia
Rabu, 11 Mar 2015 14:03 WIB
Penelitian arkeologi terbaru mendapati bahwa praktek mumifikasi di Mesir ternyata sudah dilakukan lebih dari 6.000 tahun yang lalu.
Ilustrasi mumi (Dok. Wikipedia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sudah lama diketahui bahwa masyarakat Mesir kuno mempraktekkan mumifikasi kepada yang mati. Tak hanya raja, pejabat tinggi, tapi juga pada binatang, seperti kucing. Tapi penelitian arkeologi terbaru mendapati bahwa praktek itu sudah dilakukan lebih tua lagi, lebih dari 6.000 tahun yang lalu.

Arkeolog menemukan unsur pembalsaman pada pakaian penguburan dari penguburan Mesir yang tertua yang diketahui, yaitu pekuburan di Mostagedda, di Mesir bagian tengah. Kuburan itu berasal dari era Neolitikum atau pra-dinasti.

Ini menunjukkan bahwa praktek pembalsaman mayat sudah dikenal setidaknya pada 4.300 tahun sebelum masehi di Mesir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Unsur pembalsaman ‘disuntikkan’ ke dalam kain linen pembungkus mayat untuk menghasilkan lapisan antibakteri dan pelindung.

“Orang Mesir kuno percaya bahwa tubuh perlu dijaga keutuhannya setelah mati, supaya bisa ‘hidup’ lagi dalam kehidupan setelah kematian dan menjadi abadi,” kata Stephen Buckley dari Universitas York, Inggris, beberapa waktu lalu.

Praktek ini lebih sederhana ketimbang mumifikasi para Firaun Mesir yang dimulai 1.500 tahun setelahnya. Sejauh ini bukti tertua mumifikasi untuk kaum bangsawan ini adalah mumi Ratu Hetepheres dari tahun 2600 Sebelum Masehi. Dia adalah ibunda dari Khufu, Firaun yang mendirikan Piramida Besar di Giza.

Nah, temuan di pekuburan di Mostagedda di Mesir bagian tengah, itu ternyata memakai resep yang kurang lebih sama dengan ramuan pembalsaman di era Firaun. Diperkirakan resep itu diwariskan dari mulut ke mulut, mulai 1.000 tahun sebelum ditemukannya tulisan.

“Sungguh mengejutkan bahwa masyarakat prasejarah Mesir, yang hidup di masyarakat kesukuan 1.000 tahun sebelum ditemukannya tulisan, sudah punya ilmu pengetahuan empirik yang kemudian diwariskan dan menjadi mumifikasi sebenarnya,” kata Jana Jones dari Universitas Macquire di Australia.

Dari analisa biokimia, komponen mumifikasi ditemukan pada kain penguburan pada pekuburan yang digali pada tahun 1920-an sampai 1930-an di Mostagedda itu. Penemuan dari penggalian itu selama ini tersimpan di Museum Bolton di Inggris.

Resep pembalsaman kuno Mesir itu terdiri dari minyak tanaman atau lemak hewan, dengan sedikit getah pinus, ekstrak tanaman aromatik, getah tanaman, dan minyak. Campuran itu semua menghasilkan properti antibakteri yang mengawetkan mayat.

Tapi saat itu, mumifikasi terbilang mahal dan jarang karena ‘resepnya’ terbilang sulit didapat. Betapa tidak, sebagian ‘bumbu’ harus diambil dari tempat yang jauh. Getah pinus diduga berasal dari tenggara Turki, ratusan mil jauhnya.

Praktek mumifikasi mencapai puncaknya di Mesir pada era Kerajaan Baru, antara 1550 SM dan 1000 SM. Saat itu Firaun yang berkuasa adalah yang terbilang terkuat dalam sejarah. Mereka adalah Ramses II dan Thutmose III, termasuk Tutankhamun atau Raja Tut. Praktek ini baru berhenti setelah masuknya pengaruh Kristen dan Islam di Mesir pada 400 Masehi dan 642 Masehi. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER