Jakarta, CNN Indonesia -- Lima operator seluler di Indonesia telah mengirim laporan investigas internal kepada Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia (BRTI) terkait dugaan penyadapan kartu SIM yang dilakukan oleh badan intelijen Amerika Serikat, National Security Agency (NSA) dan Inggris, Government Communications Headquarters (GCHQ).
Lima operator yang telah menyerahkan laporan itu adalah Telkomsel, XL Axiata, Indosat, Tri, dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia yang mengelola merek Ceria.
Bacajuga:
BRTI Periksa Operator Terkait Isu Penyadapan Kartu SIM
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemenkominfo, Ismail Cawidu mengatakan, dari laporan yang diberikan operator itu dinyatakan "tidak menemukan adanya kebocoran pada SIM
card mereka."
"Para operator juga menjamin bahwa penyedia SIM card yang mereka gunakan telah memenuhi GSM Security Standard." tulis siaran pers yang diterima
CNN Indonesia pada Senin (16/3).
Isu penyadapan kartu SIM muncul setelah program enkripsi produsen Gemalto asal Belanda disebut berhasil dibobol oleh NSA dan GCHQ. Kabar ini datang dari dokumen terbaru yang dirilis pembocor rahasia Edward Snowden yang merupakan mantan karyawan NSA.
Dengan membobol sistem keamanan, maka peretas dapat memantau aktivitas panggilan telepon, pesan singkat, bahkan email para pengguna kartu SIM seluler.
Selain kartu SIM untuk telepon seluler, Gemalto juga membuat cip untuk kartu kredit.
Dua operator seluler besar di Indonesia, yaitu Telkomsel dan Indosat, mengaku memakai kartu SIM dari Gemalto. XL Axiata mengaku memakai kartu SIM buatan Bluefish Singapore, CSL dan Pura.
Perusahaan Gemalto sendiri, yang berbasis di Amsterdam, Belanda, secara terbuka mengaku bahwa sistem mereka mungkin telah diserang oleh NSA dan GHCQ. Chief Executive Gemalto Oliver Piou, mengatakan serangan mungkin terjadi tetapi itu tidak mencuri kunci enkripsi kartu SIM mereka.
(adt/eno)