Cara Astronaut Atasi Stres di Luar Angkasa

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Senin, 30 Mar 2015 13:48 WIB
Gaya astronaut untuk mengatasi stres di luar angkasa tentu berbeda dengan cara yang mereka lakukan di Bumi. Seperti apa?
Astronaut Samantha Cristoforetti dari Italia merayakan Natal di Stasiun Luar Angkasa Internasional dengan mendekorasi ruang kerjanya. (NASA)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pekerjaan dan rutinitas sehari-hari memang berpotensi menyebabkan stres dan banyak pikiran. Itu adalah hal wajar. Namun, apa jadinya bagi mereka yang bekerja di luar Bumi?

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan Popular Science dengan veteran astronaut NASA, Michael Barratt, ia mengungkapkan para awak astronaut pun juga bisa dilanda perasaan stres layaknya para pekerja di Bumi.

Barratt yang juga seorang spesialis medis antariksa, mengaku sumber stres yang biasa dialami para astronaut adalah ketika pengusir karbon dioksida (CO2) berhenti beroperasi dan lengan robotik yang dipasang di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mendadak 'beku' atau berhenti saat sedang beroperasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, menurut Barratt beban kerja adalah sumber stres terbesar. "Banyak sekali yang harus dikerjakan dan kami menggunakan monitor lini masa. Saat bangun tidur, sudah ada garis merah di layar yang memberi tahu tugas kita hari itu apa saja," ungkap Barratt.

Walau begitu, banyak astronaut yang segera melupakan sumber stres dan tidak memfokuskan pikiran pada beratnya tanggung jawab yang harus mereka lakukan, seperti meluncurkan 50 ribu ton bahan pembakar ke angkasa.

"Biasanya kami menghadapi stres dengan cara bersama-sama menikmati makan malam, menyetel musik, bersenda gurau, mengeluh soal manajemen, hingga bercanda soal Bumi," terangnya lagi.

Ia mengakui bahwa pada akhirnya para astronaut akan harus tetap menjalani apa yang sudah ditugaskan dan tertawa bersama-sama untuk menghilangkan stres.

Sudah dipersiapkan di Bumi

Sebelum meluncur ke luar angkasa, para astronaut nyatanya dilatih terlebih dahulu untuk menghadapi keadaan stres.

"Ya, sebelum terbang, Anda harus menghabiskan seminggu di dalam air, semacam misi simulasi. Lalu menghabiskan satu hingga dua minggu untuk perjalanan backpacking di daerah yang udaranya sangat dingin. Lalu bisa juga diuji di gua Sardinia yang sangat gelap," kisah Barratt.

Menurut pengakuan Barratt, uji 'nyali' seperti justru sangat menyenangkan dan menjadi persiapan yang penting, baik dari segi fisik ataupun mental.

"Nanti kalian akan tahu bagaimana bekerja sama di dalam tim untuk melalui banyak bersama-sama di sana (luar angkasa)," tutupnya.



(eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER