Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal Polri mengungkapkan kerugian akibat peranti lunak jahat
(malware) pencuri uang perbankan oleh warga negara asing mencapai Rp 130 miliar dalam sebulan.
Malware ini menginfeksi aplikasi peramban atau browser di komputer nasabah. Ketika nasabah membuka alamat URL untuk melakukan kegiatan internet banking, malware ini bekerja dan menampilkan peringatan khusus untuk tujuan pengelabuan.
"Laman palsu ini sama persis seperti laman bank resmi," ujar Direktur Tipideksus Brigadir Jenderal Viktor Simanjuntak, Senin (13/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Mengupas Cara Kerja Malware Pencuri UangViktor melanjutkan, selanjutnya data-data yang dimasukkan oleh nasabah ditampung di server pelaku warga asing tersebut dan dimodifikasi sebelum data dikirim ke bank.
Uang nasabah dalam transaksi ini, alih-alih ditransfer ke rekening yang dikehendaki, justru dikirim ke rekening kurir. Jumlah uang dan tujuan rekening sebelumnya telah diubah. Dari rekening kurir, uang dikirim ke Ukraina menggunakan Western Union dan Moneygram.
"Kurir ini tidak tahu kalau mereka melakukan kejahatan. Dia mengira telah melakukan kesepakatan bisnis dengan pelaku," ujar Viktor.
Menurut Viktor, pelaku yang merupakan warga asing merekrut kurir dengan dalih tidak bisa membuka rekening di Indonesia. Kesepakatannya, kurir mendapatkan 10 persen dari setiap dana yang diterima di rekeningnya.
Pelaku hingga saat ini belum berhasil ditangkap karena diduga berada di Ukraina, berdasarkan keterangan yang diberikan para kurir. Pelaku diduga merupakan orang kulit putih.
Untuk mengejar pelaku, Viktor berkata pihaknya telah bekerjasama dengan Interpol. "Dia masih ada di luar sana dan saya yakin hingga saat ini penipuan masih berlangsung," ujar Viktor.
Sebelumnya, sejumlah situs internet banking milik bank besar di Indonesia menjadi target sasaran malware pencuri uang ini. Server milik perbankan dipastikan dalam keadaan aman.
Viktor sendiri enggan menyebut nama bank yang menjadi target serangan ini.
Menurut pakar antivirus komputer Alfons Tanujaya dari Vaksincom, malware ini menyerang nasabah dengan cara menginfeksi aplikasi browser. Tiga browser populer, yaitu Internet Explorer, Mozilla Firefox, dan Google Chrome, disebut Alfons sebagai tiga browser yang menjadi target serangan malware pencuri uang ini.
(adt/eno)