Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah berita yang menyebut Sony Mobile akan memangkas operasionalnya, CEO Sony Mobile yang baru yakni, Hirko Totoki, mengumumkan kehadiran Xperia Z4. Kehadiran
flagship ini menjadi tanda kemana jalan bisnis ponsel Sony.
Xperia Z4 hadir dengan aluminium frame dan layar 5.2 inchi dan diklaim mempunyai bobot lebih ringan dan bodi yang lebih tipis dari pendahulunya. Dilihat dari sisi harga dan spesifikasi, ini memang menjadi pesaing di kelas papan atas.
Peluncuran model
flagship baru ini datang di tengah restrukturisasi yang menyakitkan di raksasa elektronik asal Jepang itu yang seperti setengah hati menatap masa depan dari bisnis ponsel pintar secara global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Spesifikasi Sony Xperia Z4Namun, seperti dikatakan Titoki, bahwa Sony Mobile membutuhkan investasi dalam produk baru dan pemasaran untuk mempertahakan merek Sony. Perusahaan yang dipimpinnya memilih jalan untuk bersaing keras dengan Samsung dan Apple.
"Ada rentang harga smartphone antara US$ 100 dengan US$ 1,400, dan diatasnya. Kami ingin fokus di kelas atas," katanya, seperti dikutip dari Reuters.
Seperti diketahui, divisi mobile Sony telah jauh di belakang saingan di kelas high-end seperti Samsung dan Apple. Sementara juga soal harga, Sony harus memikirkan cara lepas dari tekanan produsen Asia lainnya seperti Xiaomi.
Bisnis Sony memang sedang kembang kempis. Di Kanada, Sony bahkan menutup seluruh toko resminya.
Selain itu, Sony dikabarkan mengalami kerugian besar pada lini bisnis ponsel pintar. Menurut laporan Reuters, kerugian ini mencapai angka Rp 23,9 triliun sepanjang tahun bisnis yang akan berakhir pada Maret lalu.
Beruntung, Sony masih mempunyai nafas panjang, karena perusahaan ini menjadi salah satu penyuplai sensor kamera ke beberapa produsen ponsel terkemuka, seperti iPhone besutan iPhone.
Menurut laporan, Sony harus memasok lebih banyak sensor kamera ke produsen besar, yang salah satunya adalah iPhone besutan Apple. Permintaan tinggi iPhone, membuat Sony harus merogoh US$ 376 juta atau hampir Rp 5 triliun untuk memperluas pabriknya di Nagasaki dan Yamagata, Jepang.
(tyo/eno)