Jakarta, CNN Indonesia -- Produsen mobil pintar sekaligus mobil listrik Tesla, sempat berada dalam masa hampir bangkrut pada Maret 2013 karena gagal menarik minat konsumen. Kala itu, sang pendiri Tesla, Elon Musk, punya rencana menjual perusahaannya kepada Google.
Musk bernegosiasi dengan temannya Larry Page yang tak lain adalah pendiri dan CEO Google, menurut dua orang yang dekat dengan pembicaraan itu. Menurut laporan Bloomberg, Tesla dihargai US$ 6 miliar pada waktu itu ditambah dengan US$ 5 miliar untuk ekspansi pabrik.
Musk juga dilaporkan meminta Page untuk menjamin tidak menutup Tesla dalam delapan tahun mendatang, karena waktu tersebut rencananya dimanfaatkan Musk untuk membangun mobil listrik generasi ketiga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Mobil Listrik Tesla Bisa Berjalan tanpa SopirMantan teknisi Tesla, Ali Javidan mengataka, sebagian besar masalah Tesla ada pada kekurangan sumber daya. Selain itu, Tesla juga mengalami masalah dengan pemasok tingkat tinggi yang menganggapnya kurang serius.
Tesla mulai menjual mobil sedannya, Model S, pada Juni 2012. Produksi tahap awal mobil itu dilaporkan membuat kesal sejumlah konsumen, dan belum bisa berkompetisi dengan produk mobil mewah lain seperti BMW atau Mercedes-Benz.
Para konsumen Tesla adalah mereka yang menginginkan sebuah “komputer” yang dapat berjalan dengan roda. Tetapi kala itu Tesla kebanjiran komplain atas performa peranti lunak yang belum stabil sehingga membuat penjualan mereka tidak baik.
Pada momen Valentine 2013, Tesla seperti sedang menuju kematian karena penjualan buruk dan saham yang anjlok. Sejumlah mobil yang telah dipesan juga butuh waktu lama untuk sampai ke tangan konsumen.
Musk mengetahui ada masalah di jajaran eksekutif senior. Ia mengumpulkan para eksekutif dari berbagai divisi, mulai dari rekayasa, desain, keuangan, sumber daya manusia, agar membujuk para konsumen atau perusahaan pembiayaan untuk segera melunasi pembayaran.
"Saya tidak peduli apa pekerjaan yang Anda lakukan. Pekerjaan baru Anda adalah memberikan mobil. "
Ia memecat orang yang dianggap tidak sejalan, mempromosikan karyawan junior, lalu menugaskan mantan eksekutif Daimler, Jerome Guillen, untuk memperbaiki layanan purnajual dan memastikan agar mobil Tesla mendapatkan layanan yang baik.
Di tengah negosiasi Tesla dan Google, sesuatu tak terduga terjadi. Tesla mendapatkan kepercayaan konsumen. Banyak pembeli atau perusahaan pembiayaan yang melunasi pembayaran, serta makin banyak orang membeli Tesla Model S.
Tesla mendapatkan hal yang sangat penting: uang tunai di kasnya. Mereka sukses menjual ribuan mobil dengan cepat, dengan pendapatan US$ 562 juta dan laba US$ 11 juta.
Dalam dua pekan setelah pengumuman pendapatan kuartalan itu, saham perusahaan meroket dan perlahan Tesla bangkit dari kebangkrutan. Perusahaan bahkan membayar kembali utangnya sebesar US$ 465 juta beserta bungan.
Setelah itu, Musk dilaporkan segera membatalkan kesepakatannya dengan Google. Musk tidak butuh penyelamat karena ia sendiri mampu menyelamatkan Tesla.
Selain Google, perusahaan Apple juga dilaporkan tertarik membeli Tesla pada tahun lalu. Apple mulai menunjukkan keseriusannuya mengembangkan proyek mobil pintar bernama Titan yang dapat berjalan otomatis tanpa pengemudi.
(adt/eno)