Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah sedang hangat-hangatnya layanan konektivitas generasi keempat alias 4G, atau disebut juga dengan Long Term Evolution (LTE), menjadi tanda tanya adalah berapa sesungguhnya harga untuk layanan konektivitas berkecepatan tinggi tersebut.
Direktur Utama PT Indosat Tbk. Alexander Rusli mengungkapkan sebetulnya ada kesepakatan tak tertulis di antara para operator untuk tidak membeda-bedakan harga layanan 2G, 3G, atau 4G. “Karena ada negara yang membedakan harga tapi tidak terlalu sukses,” kata dia, di Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat, Jumat (24/4).
Saat ini, rata-rata harga data di Indonesia adalah Rp 0,045 per kilobita (Kb). Di India, tarifnya tiga kali lipat lebih mahal, yaitu Rp 0,12 per Kb. Masalahnya di India ongkos operasional lebih murah setengah kali dari Indonesia karena skala bisnis telekomunikasi di negeri itu jauh lebih besar dari Indonesia. “Tapi nilai tambah dan nilai jualnya bisa tiga kali lebih tinggi dari Indonesia karena data itu sangat dominan di sana,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas mungkinkah tarif data itu dinaikkan? Alexander mengatakan harga bisa ditetapkan tinggi jika masyarakat sudah tidak terasa membeli data melainkan lebih terasa dalam membeli konten. “Ekosistem konten sangat penting untuk memastikan apakah harga bisa dinaikkan atau tidak,” kata dia.
Tarif Data di Indonesia Termurah
Di tengah makin tingginya akses data di Indonesia, diakui bahwa tarif data di Indonesia termasuk yang termurah di dunia. Tapi untuk menaikkan tarif konektivitas data bukanlah opsi yang diincar oleh para operator.
“Di Indonesia ini susah untuk menaikkan harga tanpa mengurangi demand,” tutur Alexander.
Agar operator bisa tetap menggeliat, alternatif untuk mempertahankan tarif yang rendah adalah dengan mengurangi ongkos produksi. Alexander mengakui pada saat ini operator diuntungkan oleh makin murahnya harga
hardware. (ded/ded)