Jakarta, CNN Indonesia -- Ada orang yang ahli mengenali kualitas anggur cukup dengan mencium aromanya. Kalau Clint Penick, barangkali bisa dijuluki ahli mencium aroma semut.
Penick adalah ahli entomologi dari Universitas North Carolina. Baru-baru ini, seperti dilansir UPI, Senin (8/6), dia menyatakan bahwa semut rumahan (
Tapinoma sessile) itu memiliki aroma keju biru. Sebelumnya banyak orang menyamakan aroma semut dengan aroma kelapa busuk.
Untuk sampai pada kesimpulan itu, Penick melakukan survei penciuman semut. Dia mengumpulkan lusinan pengunjung BugFest, acara tahunan di Museum Ilmu Pengetahuan Alam North Carolina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para responden dimintanya mencium aroma semut dan mereka sepakat dengannya. Aroma semut seperti keju biru.
Keju biru adalah sejenis keju yang dalam proses pembuatannya menyertakan pengkulturan fungi
Penicillium yang kemudian menghasilkan warna kebiruan.
Penicillium adalah fungi dari genus
Ascomycetous yang penting di alam dan dalam produksi makanan dan obat-obatan.
Penelitian yang kemudian dipublikasikan di jurnal American Entomologist itu dilakukan oleh Penick bersama temannya, Adrian Smith, seorang peneliti post-doktoral di Universitas Illinois, yang mempelajari tentang komunikasi kimiawi dalam kehidupan sosial serangga.
Mereka kemudian menerapkan teknik yang presisi untuk mengidentifikasi asal aroma semut. Dengan memakai sebuah serat dan metode pengukuran yang dinamakan gas
chromatography-mass spectrometry, mereka menyerap aroma keju biru, kelapa, dan wangi alami rumah semut.
Ternyata, profil aroma keju biru dan semut sangat sama. Keduanya memiliki kombinasi sebuah kelas kimiawi yang dinamai
methyl ketones. Sedangkan aroma kepala secara kimia tak sama.
Namun, ketika Penick dan Smith menguji aroma kelapa busuk, dengan memakai kelapa yang ditanam di halaman belakang rumah mereka, mereka mendapati adanya fungi
Penicillium--yang memproduksi
methyl ketones--yang sama seperti di keju biru.
Dengan kata lain, semut itu berbau seperti kelapa busuk juga ada benarnya.
“Kami melakukan ini dengan gembira, bukan sesuatu yang menghabiskan banyak dolar,” kata Penick. “Tapi ketika kami memulai dengan bercanda, ternyata kami menemukan sesuatu yang menarik.”