Jakarta, CNN Indonesia -- Banyak yang menganggap hanya dengan memasang peranti lunak antivirus maka pengguna bisa terbebas dari program jahat di komputer. Tapi hal itu tidak seratus persen benar.
Malware atau program jahat kini menyerang dengan berbagai cara unik, dan tak semuanya bisa ditangkis dengan peranti lunak. Dibutuhkan lebih dari sekadar kesadaran pengguna agar bisa terhindar.
"Sekarang celah masuknya malware ada dari mana-mana, BYOD, cloud, karena semua itu memang berbagi resource," kata Andreas Kagawa, Country Manager, Trend Micro Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga:
Diserang Peretas, Kantor Parlemen Jerman Ganti Semua KomputerNah, untuk mengatasi hal itu, mantan salah satu bos VMware Indonesia itu menyarankan pengguna untuk memakai berbagai jenis proteksi, baik dari sisi client, jaringan, hingga layanan.
Malware dan para penjahat Internet kini juga tak hanya mengincar perusahaan besar. Perusahaan keamanan siber Trend Micro mencatat, banyak perusahaan kecil atau kelas menengah yang sudah menjadi korban.
"Kita tahu nama-nama besar seperti Sony, Target, dan lainnya pernah menjadi korban kejahatan cyber. Tapi mereka kini bukan cuma mengincar perusahaan besar," jelas Andreas, di Grand Indonesia, Rabu (17/6).
Andreas mencotohkan kasus virus penyandera yang sudah terdeteksi di Indoneia. Program jahat tersebut bekerja dengan mengenkripsi file korban, lalu meminta sejumlah uang tebusan agar file tersebut bisa kembali diakses. Salah satu korbannya bahkan pernah menceritakan kejadian tersebut kepada
CNN Indonesia.
Agar bisa menghindari kejadian seperti itu Andreas menyarankan kepada pengguna dan para pengelola jaringan untuk membenahi strategi penerapan keamanan. Cara konvensional sudah tak lagi manjur menghadang program jahat yang semakin canggih.
"Tahun ini diprediksi akan diwarnai oleh catatan-catatan tentang meningkatnya serangan dari sisi volume, kecerdikan, serta kecanggihan serangan," tutup Andreas.
(eno/adt)