Biaya Keamanan Siber Telkomsel Capai Rp 100 Miliar per Tahun

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Jumat, 05 Jun 2015 09:52 WIB
Sumber atau motif serangan siber yang ditujukan ke pelanggan seluler makin banyak, bisa berupa virus sampai program jahat yang mencuri data pelanggan.
Petugas memeriksa jaringan base transceiver station (BTS) milik Telkomsel di BTS Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Selasa, 5 Mei 2015. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta, CNN Indonesia -- Telkomsel mengatakan setidaknya menganggarkan Rp 100 miliar per tahun untuk mengamankan jaringan seluler dan Internet yang dipakai oleh para pelanggannya.

Perusahaan operator seluler terbesar itu merasa butuh memberi jaminan keamanan di tengah tren perangkat mobile dan ponsel pintar yang telah menjadi alat yang sifatnya sangat personal.

"Di atas Rp 100 miliar per tahun. Setiap kali belanja kita besar sekali untuk keamanan," ungkap Ariyanto Setyawan, Network Security Management Telkomsel,  di sela acara Simposium Nasional Cyber Security 2015 di Jakarta, Kamis (4/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan, sumber atau motif serangan siber yang ditujukan kepada pelanggan seluler semakin banyak, bisa melalui virus bot ataupun program jahat yang mencuri data pelanggan.

Baca juga: Virus Penyandera Data Komputer Makan Korban di Indonesia

Si peretas juga bisa melakukan kejahatan siber dengan cara menyebarkan pesan teks atau SMS broadcast ilegal yang isinya bersifat ajakan untuk melakukan transaksi penipuan, macam modus "Mama Minta Pulsa," atau pengelabuan berupa tautan yang sebenarnya adalah jebakan untuk menyisipkan malware ke perangkat konsumen.

"Kita sekarang ini mencoba meningkatkan kesadaran keamanan ke pelanggan. Serangannya sudah sangat banyak, bisa dibilang setiap detik ada," tutur Ariyanto.

Ia tak menyebutkan jumlahnya karena baginya angka itu bersifat relatif, namun ia menekankan kejahatan siber bisa menyebabkan kerugian miliaran rupiah per harinya.

Ia pun mengungkapkan kekhawatiran pada para pengguna ponsel pintar bersistem operasi Android yang menjadi target para penjahat siber. Sudah menjadi nasib sebuah sistem operasi yang banyak digunakan, seperti Windows dari Microsoft, bakal jadi sasaran empuk peretas.

Direktur perusahaan antivirus Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan, sekitar 70 persen pengguna ponsel Android di Indonesia masih kurang peduli soal keamanan siber. Padahal, ada banyak kejahatan yang mengancamnya.

"Populasi pengguna Android di Indonesia sangat besar. Sayangnya tingkat kesadaran mereka mengenai keamanan peranti lunak masih sangat rendah," kata Alfons.

Ia menyarankan agar para pengguna ponsel pintar Android memasang peranti lunak antivirus untuk meminimalkan risiko diretas, juga tidak mengunjungi situs web yang tidak jelas pengelolanya, termasuk situs web pornografi yang menjadi gudang program jahat. (adt/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER