Jakarta, CNN Indonesia -- Di industri teknologi, kesetaraan dan keragaman tenaga kerja seringkali tuai kritikan karena didominasi oleh orang kulit putih dan Asia, khususnya kaum lelaki. Facebook baru saja merilis data karyawannya berdasarkan gender. Seperti apa hasilnya?
Perusahaan rintisan Mark Zuckerberg itu menjadi salah satu yang memutuskan untuk bersikap transparan terhadap kesetaraan tenaga kerja. Dari hasil data demografi skala global, Karyawan lelaki dan wanita Facebook ternyata memiliki perbandingan 68 persen versus 32 persen per 31 Mei 2015.
Dalam rilis yang ditampilkan oleh Facebook di situs newsroom-nya, secara rinci menunjukan hasil bahwa karyawan yang berkecimpung di divisi teknologi mayoritas adalah laki-laki dengan jumlah 84 persen, sedangkan 16 persen sisanya adalah wanita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beda halnya pada divisi non-teknologi, jumlah karyawan wanita mencapai 52 persen, sementara karyawan laki-laki 48 persen. Namun, bagian pimpinan senior, tetap didominasi oleh kaum lelaki sebanyak 77 persen, sisa 23 persennya adalah kaum wanita.
"Kami akan terus berkomitmen membangun tempat kerja yang merefleksikan ragam pengalaman, pemikiran, usia, latar belakang, bahasa, kultur, hingga gender dan orientasi seksual. Ini tugas besar dan akan memakan waktu lama, namun perusahaan akan terus merangkul tantangan ini," tulis Facebook Global Director of Diversity, Maxine Williams di dalam laporan tersebut.
Sementara hasil demografi khusus area Amerika Serikat, secara keseluruhan karyawan masih didominasi oleh kulit putih dan Asia, dengan angka 55 persen dan 36 persen.
Awal tahun lalu, COO Facebook, Sheryl Sandberg mengatakan bahwa kaum perempuan adalah yang harus diprioritaskan untuk bisa terkoneksi dengan internet.
Intel sebagai perusahaan teknologi, menggelontorkan dana sebesar US$ 300 juta atau setara Rp 3,792 triliun yang akan digunakan dalam jangka waktu tiga tahun ke depan untuk meningkatkan keragaman tenaga kerja perusahaan.
Dana ini nantinya akan digunakan untuk membiayai kuliah para calon pegawainya dari kaum minoritas seperti wanita dan pekerja kulit hitam agar lebih siap dalam bekerja.
Apple juga sempat mendonasikan sekitar US$ 50 juta atau Rp 659 miliar kepada dua mitra organisasi nirlaba di Amerika Serikat untuk membuat database mata kuliah ilmu komputer di 16 HBCU yang tersebar di seluruh AS yang nantinya bisa melatih para siswa dan guru-guru.
HBCU atau "historically black colleges and universities" sendiri adalah kumpulan institusi pendidikan komunitas kulit hitam di Amerika Serikat.
HBCU terkenal kekurangan biaya, sehingga donasi Apple dinilai akan sangat bermanfaat. Apple juga akan memulai program magang berbayar untuk siswa terbaik dari tiap-tiap sekolah.
(eno)