Mengenal ECVT, Inovasi Peraih BJ Habibie Award 2015

CNN Indonesia
Kamis, 20 Agu 2015 15:28 WIB
Penghargaan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award 2015 diraih penemu teknologi ECVT. Memang apa istimewanya?
Helm dengan teknologi ECVT (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penghargaan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) tahun 2015 kali ini diraih oleh ilmuwan Warsito Purwo Taruno yang membuat teknologi Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT). Seperti apa teknologi ECVT ini?

Warsito menjelaskan, teknologi ECVT ini berbeda dari tomografi konvensional. ECVT menggunakan gelombang energi pinggiran ketimbang gelombang utama, karena lebih hemat energi. 

"Gelombang energi utama itu bisa menggunakan 200 volts. Banyak orang menganggap gelombang pinggiran ini sifatnya menyimpang dan terbuang. Tapi justru bisa kami manfaatkan," terang Warsito di sela acara anugerah BJHTA 2015 di kantor BPPT, Jakarta Pusat, Kamis (20/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ia melanjutkan, gelombang fringing ini justru memberi informasi yang bisa diekstrak untuk proses digitalisasi aktivitas otak manusia ke dalam komputer.

Ya, ECVT hasil kembangan Warsito selama 20 tahun ini ditujukan untuk industri dan medis, khususnya pemindai aktivitas otak serta kanker tubuh manusia.

Rizki Nur Fauzi sebagai salah satu peneliti dari lembaga Ed War Technology yang mengembangkan perangkat helm berteknologi ECVT turut menjelaskan kinerjanya.

Helm yang dirancang penuh dengan kabel yang terhubung ke komputer itu berfungsi mendeteksi kanker dan aktivitas otak manusia. 

Helm canggih itu turut dilengkapi oleh 32 elektroda sebagai pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) dengan mengganti 496 kombinasi dalam satu frame.

"Jika kondisinya normal, maka pindaian ini akan berwarna merah. Tapi kalau terdeteksi ada massa seperti tumor, atau kelainan seperti epilepsi dan kegilaan, warnanya akan rancu dan blur," tutur Rizki.

Sementara alat pendeteksi kanker payudara ECVT berbentuk cup, sayangnya tidak ditampilkan pada perhelatan BJHTA 2015 ini. 

Rizki menerangkan, untuk cup ECVT, cara penggunaannya juga tak sulit, tinggal ditempelkan di bagian payudara dan ia akan bekerja mendeteksi kanker. Saat ini, menurut Rizki, tim pengembang sedang melakukan riset untuk peninjauan kanker di bagian paru-paru.

Helm ECVT ini dinyatakan seharga Rp 1 miliar dan menurut penuturan Warsito, sudah digunakan di enam klinik di Jepang dan Polandia. 

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER