Jakarta, CNN Indonesia -- Satu tim ilmuwan menemukan ribuan tulang belulang, yang kemudian dikelompokkan ke dalam 15 individu di Afrika Selatan. Dari penelitian mereka, diyakini bahwa itu adalah tulang spesies baru manusia purba, yang kemudian diberi nama
Homo naledi. Ada dugaan
Homo naledi lebih tua dari
Homo erectus.Bicara tentang
Homo erectus tak akan bisa dilepaskan dari Indonesia, sebab fosil manusia purba ini pertama kali ditemukan oleh seorang ahli anatomi Eugene Dubois di Trinil, Jawa Timur, pada 1891. Fosil manusia purba itu diberi nama
Pithecanthropus erectus atau yang kemudian dikenal dengan sebutan Manusia Jawa. Manusia Jawa kemudian diklasifikasikan ke dalam
Homo erectus.
Spesies dalam kelompok Homo erectus tak cuma Manusia Jawa. Penemuan fosil Homo erectus lain yang tak kalah spektakuler adalah Manusia Peking di China. Fosil ini ditemukan oleh Johan Gunnar Andersson pada 1921 dan awalnya dikira milik
Sinanthropus pekinensis. Dari hasil penggalian lanjutan yang total menemukan 200 fosil dari lebih dari 40 individu, fosil itu kemudian diklasifikasikan sebagai
Homo erectus pekinensis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Homo erectus sendiri, diperkirakan berasal dari Afrika dan hidup pada kurun waktu 1,9 juta tahun lalu dan punah sekitar 70 ribu tahun yang lalu. Ada yang mengaitkan kepunahan itu dengan letusan Gunung Api Toba. Tapi ada juga yang menyebut, spesies ini muncul pertama kali di Asia lalu menyebar ke belahan Bumi lain.
Pada 2013 perdebatan soal
Homo erectus kembali mengemuka saat terjadinya penemuan tengkorak manusia purba di Dmanisi, Georgia, sekitar 93 kilometer di baratdaya Tbilisi. Karena variasi pada temuan tengkorak di Dminisi, para ahli ada yang menyebutkan bahwa
Homo erectus memiliki banyak varian. Di dalamnya termasuk
Homo ergaster,
Homo rudolfensis, dan
Homo habilis.
Dengan penemuan
Homo naledi, pertanyaan pun muncul, apakah spesies baru ini lebih tua dan merupakan nenek moyang dari
Homo erectus? Ahli arkeologi Indonesia, Harry Truman Simanjuntak, mengatakan masih terbuka banyak kemungkinan soal taksonomi manusia purba tersebut.
Harry mengatakan masih banyak hal yang belum jelas dari temuan tersebut. Uraian tentang karakter fisik belum jelas dan
radiometric dating terhadapnya pun belum dilakukan. Karena keterbatasan data itu, terlalu banyak ketidakpastian di seputar temuan tersebut.
“Yang bikin bingung lagi, dugaan adanya perlakuan terhadap si mati, padahal perilaku kubur seperti ini belum ada pada
Homo habilis dan
Homo erectus, dua spesies manusia purba tertua,” kata Harry, kepada CNN Indonesia, Jumat (11/9). “Untuk itu kita sebaiknya menunggu kemajuan penelitian, baik terhadap fisik manusianya maupun temuan asosiasi dan konteksnya.”
(ded/ded)