Jakarta, CNN Indonesia -- Harapan. Begitu badak Sumatra asal Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat, itu disebut. Ia adalah satu dari tiga badak Sumatra yang lahir di luar negeri. Harapan lahir pada 2007 dan rencananya akan ‘pulang’ ke Sumatra pada bulan depan.
Sebagai anak bungsu, Harapan punya dua kakak: Andalas dan Suci, yang lahir masing-masing pada 2001 dan 2004. Andalas sudah terlebih dahulu ‘mudik’ ke suaka badak Sumatra (Sumatran Rhino Sanctuary-SRS) dan dikawinkan dengan badak bernama Ratu. Mereka punya anak bernama Andatu.
Sedangkan Suci sendiri sudah mati. Ketiga bersaudara itu lahir dari pasangan badak Emi dan Ipuh. Setahun setelah dilahirkan, Harapan dipelihara di Pusat Konservasi White Oak di Yulee Florida, lalu ke Kebun Binatang Los Angeles. Kemudian pada Juli 2013, Harapan kembali ke Cincinnati.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat usianya, Harapan adalah badak yang siap untuk dikawinkan dan pasangan potensial badak berbulu ini hanya ada di SRS, yang berada di Taman Nasional Way Kambas, Lampung. Ini adalah satu-satunya suaka yang menjadi habitat asli badak Sumatra atau
Dicerorhinus sumatrensis sumatrensis.
SRS adalah hutan alam seluas 100 hektare, dibagi ke dalam 10 petak dan dikelilingi pagar beraliran listrik supaya mengamankan badak yang ada di dalam dan mencegah gangguan satwa liar dari luar area SRS.
Di SRS ada tiga badak betina yang potensial menjadi pasangan Harapan, yaitu: Ratu, Rosa, dan Bina.
Kalau dihitung-hitung, selain Harapan dan Andalas, ada tujuh badak Sumatra lain di berbagai penangkaran di seluruh dunia. Bila ditambahkan dengan badak yang hidup di alam liar, populasi spesies ini sekitar 100 ekor. Di Indonesia, badak ini juga terdapat di Bukit Barisan Selatan dan Gunung Leuser.
Badak adalah mamalia yang sudah terancam punah. Tak heran kalau pelaksanaan Hari Badak Internasional yang jatuh pada hari ini mengambil tema “Five Rhino Species Forever”. Tema ini mewakili lima spesies badak yang tersisa di seluruh dunia, yaitu di benua Asia dan Afrika.
Di Afrika ada badak hitam dan badak putih. Di Asia ada badak Jawa, badak Sumatra, dan badak India.
Di Indonesia, penyelamatan badak digarap sejumlah lembaga, seperti Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) melalui Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatera, yang kerja sama dengan Yayasan Badak Indonesia (YABI). “Keberlangsungan hidup Badak Sumatra adalah salah satu tanggung jawab kami menjaga keanekaragaman hayati Sumatra ,” ujar Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI M.S. Sembiring, dalam keterangannya di Jakarta, Senin (21/9).
Ciri Badak SumatraBadak Sumatra memiliki tubuh yang berukuran paling kecil dibandingkan badak lain. Tingginya sekitar 120-145 sentimeter, dengan panjang sekitar 250 cm, dan berat 500 – 800 kilogram. Badak Sumatra adalah satu-satunya badak Asia yang memiliki dua cula. Panjang cula depan biasanya berkisar antara 25 – 80 cm, sedangkan cula belakang biasanya relatif pendek dan tidak lebih dari 10 cm.
Ciri-ciri lainnya adalah telinga yang besar, kulit berwarna coklat keabu-abuan atau kemerahan. Sebagian besar tubuhnya ditutupi oleh rambut dan kerut di sekitar matanya. Habitat badak ini mencakup hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan. Daya jelajahnya tinggi. Makanan hewan soliter ini adalah buah, khususnya mangga liar dan buah fikus, daun-daunan, ranting-ranting kecil dan kulit kayu.
Hewan mamalia ini dilindungi dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Badak ini berstatus kritis (Critically Endangered) berdasar Red List of Threatened Species IUCN (International Union For Conservation of Nature). Spesies ini juga masuk dalam daftar Appendix I CITES, yang artinya tidak boleh diekspor kecuali untuk kepentingan non-komersial dengan perizinan yang sangat ketat.
Badak ini biasanya diburu untuk ambil cula. Habitatnya pun sudah banyak rusak karena pembangunan perkebunan kelapa sawit, karet dan tanaman pertanian lainnya.
Harapan untuk Harapan
“Harapan kami, Harapan bisa menemukan cinta di antara tiga badak betina dan dapat berkembang biak seperti Andalas,” ujar M. Jeri Imansyah, Spesialis Konservasi TFCA-Sumatera.
Dalam perkembangbiakannya, badak betina hanya melahirkan seekor anak dalam satu kali hamil selama 15 bulan. Pada kelahiran Andatu, Andalas butuh waktu lebih dari delapan bulan untuk bisa dekat dengan Ratu. Itupun harus melewati masa keguguran sebelum akhirnya Andatu lahir dengan selamat dan kondisi normal.
Kehadiran Andatu merupakan bukti bahwa masih ada harapan untuk Harapan. “Suaka Rhino Sumatera adalah tempat terbaik Harapan untuk berkembang biak, karena sesuai habitat aslinya” kata Jeri.
(ded/ded)