Jakarta, CNN Indonesia -- Perseteruan antara ISIS dengan kelompok hacker masih berlanjut. Kini giliran grup Ghost Security Group atau GSG yang berhasil mengungkap beberapa akun keuangan ISIS dalam jaringan Bitcoin. Salah satunya memiliki nominal Rp 41,1 miliar.
“Islamic States menggunakan cryptocurrency sebagai bentuk pemasukan untuk mendanai berbagai operasi militer yang sedang dilakukan, dan kami telah mengatur untuk mengungkap beberapa akun Bitcoin yang digunakan oleh mereka,” ungkap GSG.
Mengutip dari
Inverse, jumlah yang telah ditemukan dari akun ISIS ini ternyata baru sebagian kecil. Pasalnya, untuk melancarkan sebuah serangan seperti 9/11, ISIS membutuhkan dana setidaknya Rp 5,4 hingga Rp 6,8 triliun. Departemen Keuangan AS juga memperkirakan tiap tahunnya ISIS mendapat dana Rp 6,4 hingga Rp 7,1 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
GSG menduga ISIS mendapatkan uang untuk mengisi 'dompet virtual' mereka pada akun Bitcoin dari berbagai aktivitas.
“ISIS terus meningkatkan jumlah uang mereka dengan berbagai 'cara lama', seperti dengan melakukan penculikkan, pemerasan dari penjualan minyak, dan dalam kasus tertentu berasal dari pengambilan organ,” ungkap GSG yang ditulis dalam
Inverse. ISIS juga mendapatkan sumbangan dari perbagai pihak pro-ISIS serta pembayaran uang tebusan, serta keuntungan pencurian.
Bitcoin sendiri adalah sebuah jaringan pembayaran baru yang menyediakan platform transaksi secara virtual tanpa perantara bank.
Bitcoin menciptakan suatu jenis 'mata uang virtual' baru yang dibuat pada tahun 2009 oleh seseorang yang menggunakan nama samaran Satoshi Nakamoto. Selain bersifat umum, Bitcoin juga memberikan kemudahan pengguna untuk melakukan transaksi tanda adanya biaya tambahan, bahkan dapat dilakukan secara anonim.
“Teroris membutuhkan anonimitas,” ungkap Morgan Wright, ahli keamanan siber dari Center for Digital Government.
Berita lain mengenai seteru ISIS dengan hacker bisa dilihat pada fokus: Gaduh ISIS di Dunia MayaMenurut CNN Money, seluruh transaksi yang dilakukan dalam Bitcoin akan tercatat, namun identitas pengguna tidak akan diberi tahu. Bitcoin hanya memperlihatkan jumlah uang penggunanya.
Bitcoin sering digunakan oleh pihak-pihak yang ingin menjual atau membeli sesuatu tanpa mengungkapkan identitas, sehingga nantinya pengguna akan sulit untuk dilacak kembali. Dengan privasi yang disediakan ini, Bitcoin sering digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan transaksi ilegal, seperti pembelian narkoba atau perdagangan gelap.
Transaksi dengan Bitcoins daat dilakukan lintas negara, tanpa adanya biaya tambahan karena sistem ini tidak terikat pada peraturan dalam suatu negara. Inilah yang kemudian membuat Bitcoin bisa menjadi 'dompet virtual' bagi pihak-pihak 'nakal' yang ingin melakukan transaksi gelap, seperti salah satunya ada kelompok teroris.
Dalam situs Bitcoin dijelaskan bahwa mengirim Bitcoin lintas batas itu sama mudahnya dengan mengirimkan ke seberang jalan. Tidak akan ada bank yang akan membuat pengguna menunggu selama 3 hari kerja, tidak ada biaya ekstra untuk melakukan tranfer secara internasional, dan tidak ada batasan khusus terkait jumlah maksimun dan minimun yang dapat dikirimkan.
Mengutip dari dw.com, "Ini adalah mekanisme sangat cerdik", ujar Andreas Bogk, anggota Chaos Computer Club, persatuan peretas Eropa yang terbesar.
Untuk ke depannya, GSG akan terus berusaha untuk mengungkap akun-akun yang berafiliasi untuk mendukung kegiatan terorisme. GSG mengaku semakin termotivasi untuk memerangi ISIS semenjak tragedi serangan di Paris pada 13/11 lalu.
GSG juga akan terus bekerja sama dengan berbagai partner, mulai dari pemerintah dan hingga kelompok anti terorisme 'Katiba Des Narvalos' asal Perancis, Peshmerga Cyber Terrorism Unit, serta Controlling Section untuk memerangi ISIS.
“GhostSec ingin memberikan pengaruh dalam perlawanan terhadap terorisme,” kata Michael K. Smith, salah satu pendiri Kronos Advisory, sebuah perusahaan penasehat keamanan nasional.
(eno)