Sony Akuisisi Lini Bisnis Sensor Gambar Toshiba

Trisno Heriyanto | CNN Indonesia
Senin, 07 Des 2015 09:51 WIB
Rumor yang beredar sejak Oktober lalu akhirnya menjadi nyata. Sony sepakat untuk membeli lini bisnis sensor gambar Toshiba senilai US$ 155 juta.
Sony menguasai sekitar 40 persen dari total pasar sensor gambar complementary metal-oxide semiconductor (CMOS). (CNN Indonesia/Trisno Heriyanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Demi memperkuat pasarnya sebagai penyedia sensor kamera, Sony sepakat untuk membeli lini bisnis sensor kamera Toshiba senilai US$ 155 juta, atau setara Rp 2,1 triliun.

Transaksi itu membuat Sony berkuasa atas pabrik pembuatan sensor gambar Toshiba yang terletak di Oita, Jepang. Selain sensor gambar untuk kamera, pabrik ini juga membuat kontroler memori yang seluruhnya dioperasikan oleh 1.100 orang karyawan.

Sony dan Toshiba sudah sepakat. Hanya saja keduanya masih menunggju izin dari regulator Jepang mengenai akuisisi tersebut. Seluruh proses perpindahan dan perizinan diharapkan rampung sebelum Maret 2016, seperti dalam siaran pers di situs resmi Sony.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sony sendiri mungkin bukan yang paling besar dalam industri ponsel. Tapi, sensor kamera buatannya banyak dipakai produsen besar, sebut saja Samsung, Apple, Google, bahkan Xiaomi dan Oppo. Total Sony menguasai pasar image sensor sebesar 40 persen.

Sementara Toshiba memang tak terlalu besar dalam hal itu. Namun pabrik milikinya memiliki kapasitas yang besar untuk membantu pembuatan sensor gambar buatan Sony.


Kabar akuisisi ini sebenarnya sudah bocor sejak Oktober 2015 lalu, saat itu salah satu sumber juga mengatakan bahwa Toshiba juga bakal menarik diri dari bisnis light-emitting diode (LED) yang merupakan bagian dari unit bisnis semikonduktor.

Toshiba diketahui sedang tersandung masalah skandal akuntansi. Perusahaan Jepang tersebut melebih-lebihkan laba dalam berbagai unti bisnis, termasuk bisnis cip, televisi, komputer pribadi, selama lebih dari tujuh tahun. Nilai uang yang dilebih-lebihkan itu mencapai US$ 1,3 miliar. (eno)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER