Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat kembali meluncurkan kapsul kargo ke luar angkasa. Kargo ini berhasil diluncurkan pada pukul16.44 waktu setempat dari Cape Canaveral, Florida.
Kapsul kargo luar angkasa ini diberi nama kapsul 'Cygnus' yang memiliki berat sekitar 3.265 kg. Setelah 21 menit peluncuran, roket yang membawa kapsul ini dilaporkan berhasil mencapai orbitnya menuju International Space Station (ISS).
Kapsul ini mengangkut berbagai jenis barang, seperti: perlengkapan mandi, pakaian, percobaan ilmiah, miniatur satelit, penyaring udara, ransel jet, dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan tim ilmuwan di ISS. Kapsul ini menggunakan roket Atlas V buatan Rusia dengan mesin RD-180 yang dibuat dengan kerja sama antara Orbital dengan Boeing Co. dan Lockheed Martin Corp.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelunya, kapsul ini dijadwalkan meluncur pada Kamis (3/12). Karena terkendala dengan cuaca dan kondisi angin yang buruk, seperti ditulis dalam Bloomberg.
Ini adalah untuk pertama kalinya NASA melakukan misi peluncuran kapsul kargo Cygnus, yang juga ternyata dapat mengantarkan muatan 25 persen kargo lebih banyak daripada dua kapsul pendahunya.
Projek peluncuran kapsul kargo merupakan kelanjutan dari misi dalam rangka memasok kebutuhan di ISS yang dilakukan oleh National Aeronautics and Space Administration atau NASA.
Sebelumnya, terjadi dua kekegalan peluncuran kapsul. Kapsul pertama yang menggunakan roket dari Orbital sayangnya sempat meledak beberapa detik ketika misi dimulai pada Oktober 2014. Sedangkan, roket Falcon 9 yang dibuat oleh perusahaan Exploration Technologies Corp atau SpaceX juga sempat terbakar ketika memasuki orbit tujuan.
NASA memang telah bekerja sama dengan 2 perusahaan, yaitu Orbital dan SpaceX, di mana keduanya membagi kontrak sebesar Rp 49,6 triliun dari NASA. Orbital telah menjalin perjanjian dengan NASA sejak 2008.
Cygnus menjadi roket ketiga yang berhasil diluncurkan oleh Orbital, sementara SpaceX telah berhasil meluncurkan 6 roket. Meskipun masing-masing perusahaan sempat mengalami sekali kegagalan dalam peluncuran, untuk ke depannya NASA akan terus melanjutkan kerja sama dengan kedua perusahaan asal negeri paman Sam tersebut.
“NASA akan terus bekerja sama dengan 2 pemasok yang sudah ada. Mereka telah relatif cukup sukses hingga saat ini. Karena situasi politik, saya rasa NASA lebih nyaman memiliki 2 perusahaan AS yang mendukung satu sama lain,” ungkap Marco Caceres, Direktur Space Studies dan konsultan Teal Group.
…
(tyo)