Persaingan Konglomerat di Bisnis Pesawat Wisata Antariksa

Aditya Panji | CNN Indonesia
Jumat, 27 Nov 2015 09:38 WIB
Sejumlah pesawat diuji terbang ke antariksa dan diusahakan balik ke Bumi. Inilah bisnis yang akan membawa astronaut, wisawatan, dan menjelajah antariksa.
Pendiri dan CEO Blu Origin, Jeff Bezos, yang juga pendiri Amazon.com. (REUTERS/Mike Segar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Persaingan di antara konglomerat teknologi semakin terasa dalam bisnis membangun pesawat wisata komersial ke ruang angkasa. Sejumlah roket peluncur telah diuji coba dan hasilnya sejauh ini cukup memuaskan.

Perusahaan Blue Origin, telah meluncurkan pesawatnya ke ketinggian 329.839 kaki ke luar angkasa dan pada Senin (23/11) kemarin sukses mendarat kembali ke Bumi.

Di masa lalu, roket peluncur yang terbang ke luar angkasa akan dibuang dan menjadi sampah ruang angkasa. Kini, pesawat luar angkasa diusahakan agar bisa kembali ke Bumi guna menekan biaya penerbangan luar angkasa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Blue Origin telah menunjukkan kemajuan teknologi yang sangat maju dengan membuktikan pendaratan kembali. Perusahaan ini didirikan oleh konglomerat teknologi Jeff Bezos dari Amerika Serikat, yang juga pendiri perusahaan Amazon.com.

“Sekarang (pesawat) itu aman tersimpan di situs peluncuran kami di West Texas, yang menjadi hal langka dalam bidang roket yang telah digunakan,” kata Bezos seperti dikutip dari CNN Money.

Ia berkata, akan memeriksa pesawat tersebut beserta komponennya sehingga ia bisa terbang lagi.

Jika sebuah pesawat antariksa sifatnya sekali pakai, Bezos berkata “Anda bisa membayangkan seberapa mahal tiket Anda” jika mau melakukan perjalanan wisata ke antariksa.

Selain Blue Origin, ada pula perusahaan SpaceX yang melakukan hal serupa. Mereka telah sukses menerbangkan pesawat luar angkasa dan kemabli ke Bumi. Tetapi ada sedikit kekacauan, di mana roket tersebut terguling ketika mencoba mendarat di laut.

SpaceX memiliki kapsul antariksa bernama Dragon dan roket Falcon 9 yang beberapa kali telah dipakai untuk memabwa kargo ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS).

Badan antariksa Amerika Serikat, NASA, mempercayakan SpaceX untuk melakukan penelitian dan pengembangan lebih dalam soal teknologi pesawat tersebut. Dalam sebuah kontrak khusus, NASA menggelontorkan dana US$ 2,6 miliar ke SpaceX untuk membangun Falcon 9.

Perusahaan ini didirikan oleh Elon Musk, yang kini juga sedang menjalankan perusahaan mobil listrik Tesla Motors dan produsen panel surya Solar City. Sebelumnya, Musk adalah salah satu pendiri perusahaan penyedia pembayaran online PayPal.

Pendiri sekaligus CEO SpaceX, Elon Musk. (REUTERS/Beck Diefenbach)
Musk sempat menanggapi pencapaian Blue Origin kemarin. Dengan nada angkuh, ia mengatakan bahwa roket SpaceX

Musk dikenal sebagai pebisnis futuristik, karena ia selalu melihat masa depan yang jauh dalam membangun bisnis.

Bisnis pembuatan pesawat antariksa komersial mulai tumbuh setelah badan antariksa Amerika Serikat, NASA, menghentikan pembuatan pesawat antariksa mereka pada 2011.

Negara ini kemudian sangat bergantung pada Rusia jika ingin mengirim astronaut atau kargo ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (International Space Station/ISS).

Sejak itu, sejumlah produsen pesawat makin gencar mengembangkan pesawat antariksa untuk kegiatan komersial.

Perusahaan lain yang bergerak di bidang ini adalah Virgin Galactic yang didirikan Richard Branson, yang berharap bisa membawa penumpang ke antariksa. Pesawat yang kini mereka kembangkan adalah SpaceShipTwo.

SpaceShipTwo akan dibawa ke ketinggian sekitar 15.000 meter dengan wahana induk mereka yang diberi nama WhiteKnightTwo. Induk ini akan mendorong SpaceShipTwo hingga 100 kilo meter dari permukaan Bumi.

Baca juga: Empat Pesawat untuk Wisata ke Luar Angkasa

Virgin Galactic telah mengumpulkan deposito lebih dari 700 calon penumpang yang bersedia membayar hingga US$ 250 ribu untuk satu bangku penerbangan antariksa komersial di masa depan.

Ada juga Boeing yang mengembangkan kapsul CST-100. Perusahaan mengklaim pesawat antariksa mereka dibangun berdasarkan teknologi pesawat Apollo dan pesawat ulang-alik lain dari program NASA di masa lalu.

Jeff Bezos sang pendiri Blu Origin, tidak melihat perusahaan lain sebagai pesaingnya. “Saya pikir kompetisi utama kami adalah gravitasi Bumi,” katanya. “Luar angkasa adalah tempat yang besar. Ada ruang untuk kita semua.”

Persaingan di antara para konglomerat ini akan terus berlangsung, dan mereka punya kesempatan untuk membawa membawa astronaut, termasuk wisawatan, ke luar angkasa. Dan yang paling bernilai adalah, memenangkan proyek miliaran dollar dengan lembaga antariksa untuk menjelajah ruang angkasa yang luas. (adt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER