Dibedah, Isi OS Red Star Buatan Korut Terungkap

Marry Marsela | CNN Indonesia
Rabu, 30 Des 2015 07:30 WIB
Pakar keamanan dari Jerman mengunduh sistem operasi buatan Korea Utara yang bernama Red Star. Isinya ternyata cukup mengejutkan.
Pakar keamanan dari Jerman mengunduh sistem operasi buatan Korea Utara yang bernama Red Star. Isinya ternyata cukup mengejutkan. (Barn Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sistem operasi buatan Korea Utara bernama Red Star, kabarnya memang dibuat untuk kepentingan mata-mata. Bukan sekadar alternatif Windows.

Korea Utara mengklaim bahwa sistem operasi itu dibuat untuk menjaga keamanan transaksi data di negara tersebut. Tapi para peneliti tak percaya begitu saja, mereka membedah untuk mengetahui seperti apa isi sistem operasi itu.

Sistem operasi ini diselidiki lebih lanjut oleh dua orang peneliti Jerman, Florian Grunow dan Niklaus Schiess dari perusahaan keamanan IT Jerman bernama ERNW. Mereka berhasil mengunduh perangkat lunak dari situs yang dilakukan di luar wilayah Korea Utara dan mempelajarinya lebih dalam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sistem operasi terbaru yang tercatat dibuat tahun 2013 lalu ini terlihat dibuat berdasarkan salah satu versi dari Linux yang bernama Fedora.

“Ini adalah sistem operasi yang sepenuhnya mereka kembangkan, di mana mereka mengatur hampir semua kode yang ada,” ungkap Grunow.

Kedua peneliti berpendapat bahwa Korea Utara begitu 'cerdas' dalam memilih kode-kode untuk dapat menghindar dari berbagai badan intelijen.

Sebagai sebuah OS, Red Star memang berbeda dari OS lainnya. OS ini 'anti-rusak'. Bahkan, komputer akan menampilkan pesan eror dan melakukan reboot dengan sendirinya bila pengguna yang mencoba membuat perubahan kepada fungsi dasar OS, seperti menonaktifkan pemeriksa antivirus atau firewall.


Red Star juga bagaikan OS 'mata-mata' virtual yang memantau dan menindak pertukaran tulisan, musik, atau film yang dilakukan secara diam-diam di Korea Utara. Bukan hanya itu, Red Star juga dapat menandai file dokumen atau media pada komputer seseorang, bahkan yang belum pernah dibuka sama sekali. OS ini juga dapat melacak file pada perangkat USB yang terhubung dengan komputer.

“Hal ini benar-benar melanggar privasi. Ini tidak transparan kepada para pengguna. Hal ini dilakukan secara diam-diam, bahkan menyentuh data yang anda belum pernah buka sebelumnya,” kritik Grunow.


Meskipun hal ini terkesan melanggar privasi, namun pemerintah Korea Utara sepertinya begitu 'gerah' akan maraknya persebaran media ilegal di negaranya yang biasanya dilakukan dari seseorang ke orang lain melalui USB atau kartu microSD.

Mengutip dari The Guardian, sistem operasi ini ternyata telah dikembangkan selama lebih dari satu dekade di negara yang memiliki sistem intranet yang begitu tertutup dan tidak terkoneksi dengan World Wide Web.


Saat ini, jumlah penggunaan komputer personal di Korea Utara memang sedang mengalami peningkatan. Namun, sampai saat ini belum ada yang mengetahui berapa banyak unit komputer yang menjalankan sistem operasi 'mata-mata' ini.

Sejauh ini, sistem operasi yang juga memberikan seperangkat aplikasi seperti pengolah kata bahasa Korea, kalender, serta aplikasi penyusun dan penerjemah lagu ini memang tidak menunjukkan indikasi adanya sejenis penyerangan siber yang dilakukan Korea Utara, sebagaimana diungkapkan para peneliti.

Red Star merupakan salah satu bentuk 'senjata' diam-diam yang dirancang pemerintah Korea Utara sebagai proteksi keamanan internet di negaranya yang terkenal dipimpin oleh diktator bertangan besi.

Entah ini berlebihan atau tidak, pastinya ini merupakan wujud realisasi pengawasan dan prosedur keamanan untuk merespons tipe teknologi serta sumber informasi baru di era digitalisasi, sebagaimana diungkapkan salah satu otoritas penyebaran media asing di Korea Utara bernama Nat Kretchun.

“Mungkin ini dibuat karena didorong ketakutan mereka. Mereka ingin menjadi mandiri dibandingkan sistem operasi lainnya karena mereka takut adanya penyusup dari 'pintu belakang',” duga kedua peneliti.

Korea Utara pun bukan satu-satunya negara yang memiliki OS yang dikembangkan secara mandiri. Negara komunis lainnya seperti Kuba, China, dan Rusia pun juga diketahui memiliki OS serupa.

(eno)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER