Karangasem, CNN Indonesia -- I Wayan Widhiada, ST, Msc, PhD, dosen Teknik Mesin Universitas Udayana akhir pekan lalu mengunjungi bengkel las I Wayan Sumardana, karena turut penasaran dengan lengan mesin karya pria yang juga dipanggil Tawan tersebut.
Dia pertama kali datang pada hari Jumat (23/1), namun saat itu mendapati Tawan sedang berkunjung ke rumah sakit. Setelah menunggu selama satu jam, akhirnya dia memutuskan untuk pulang dan berencana kembali keesokan harinya.
Pada hari Sabtu (24/1), dia berhasil menemui Tawan, namun dia mendapati fakta bahwa lengan mesin pria lulusan SMK Rekayasa jurusan ilmu elektro itu rusak. Akhirnya dia pun hanya bertanya dengan Tawan untuk mendapatkan informasi soal lengan mesinnya tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika saya tahu lengan robotnya itu rusak saya jadi tidak tahu bagaimana EEG (Electronecephalography) itu bekerja atau tidak. Namun saya bertanya pada dia, dan pada dasarnya pak Tawan tidak bisa menjelaskan secara teori. Dia hanya bilang, dia memejamkan mata dan lengannya langsung bergerak," katanya, saat ditemui CNNIndonesia.com, di ruang kerjanya.
Dari bincang-bincangnya dengan Tawan tersebutlah, menurutnya ada kaidah ilmu robot yang belum pada karya Tawan. Ini yang menyebabkan sistem kerjanya diragukan, tak masuk logika.
 I Wayan Sumardana alias Tawan pencipta alat bantu kerja berbentuk lengan mesin, menunjukan mahkota dengan chip "EEG / Lie Detector" (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Electronecephalography (EEG)Menurut Tawan, EEG ini mempunyai model yang simpel berkat adanya lie detector atau alat uji kebohongan yang biasa digunakan oleh pihak kepolisan. Alat itu dipasangkan di kepalanya dengan untaian beberapa kabel.
Alat lie detector inilah yang menjadi sensor otak untuk mengirimkan perintah kepada lengan robotnya. Ada 8 kabel yang dipasangkan, empat kabel dengan masing-masing dua cip untuk melakukan satu perintah.
Apa yang diungkapkan Tawan, dibenarkan oleh Widhiada. Sebab istilah EEG adalah alat pendukung yang digunakan untuk menangkap sinyal listrik yang ada di otak dalam bentuk gelombang-gelombang seperti alfa, beta, teta, dan lain sebagainya.
 Wayan Widhiada,ST, Msc, PhD, Dosen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Udayana |
Kemana sensor gerak EEG dikirimkan?Tawan bilang sensor lie detector tersebut akan mengirimkan sinyal dari kabel penghubung ke power amplifier berbentuk semacam PCB dari radio bekas. PCB inilah yang menjadi tenaga untuk menangkap sinyal dari lie detector.
Karena lie detector miliknya itu mempunyai arus 7,5 volt, maka di PCB itu juga dipasangkan alat untuk menurunkan daya menjadi 5 volt. Ini dilakukan untuk mencegah kelebihan beban arus. Kemudian ada juga motor untuk mengubah arus DC ke AC.
Pak Tawan juga bilang tidak pakai komputer, saya pejamkan mata langsung bergerak, itu tidak jelasI Wayan Widhiada, ST, Msc, PhD |
Hal ini yang dianggap mustahil oleh dosen Teknik Mesin Undayana. Sebab, seharusnya sinyal listrik yang dikirimkan oleh otak Tawan dikirim ke cip yang disebut mikrokontroler. Dan itu tidak sesederhana apa yang dipasang oleh pria berusia 31 tahun tersebut.
"Jadi sebelum menangkap sinyal (EEG) harus ada penerjemah ke mikrokontroler, dan sebelum ke mikrokontroler itu harus melalui inverter," katanya.
Apa itu inverter? Inverter adalah alat untuk menerjemahkan bahasa yang dikirimkan sinyal listrik dari otak. Seperti mobil remote control, perlu menerjemahkan bagaimana mobil itu bisa bergerak maju atau mundur yang diperintahkan dari remote.
"Mikrokontroler ini seperti otak. Kalau tidak ada ya seperti aksesoris benda mati saja," katanya.
 CNN Indonesia/Adhi Wicaksono |
Benarkah perintah otak menggerakan lengan mesin?Hanya dengan memejamkan mata, lalu Tawan melakukan ritual 'kebohongan' seperti mengatakan bahwa gula itu asin. Karena tahu Tawan bohong, maka alat uji kebohongan akan merespons dengan mengirimkan sinyal listrik untuk menggerakkan lengannya.
Lagi, menurut Widhiada hal tersebut mustahil tanpa mikrokontroler dan inverter yang bisa mengirimkan, menerima perintah untuk bergerak.
"Input referral dari EEG disesuaikan dengan apa, disimpan dimana? Pak Tawan juga bilang tidak pakai komputer, saya pejamkan mata langsung bergerak, itu tidak jelas, "
Dia bilang secara kaidah robotika artinya tidak benar, apalagi Tawan menjelaskan mikrokontroler berasal dari radio bekas, bukan RaspBerry Pi atau buatan sendiri.
Bisakan roda-roda menggerakan lengan?Dari rangkaian yang dia lihat, Widhiada menyatakan merasa mungkin rangkaian tape deck yang ada di posisi belakang Tawan menjadi penggerak roda gir untuk membuat posisi lengan mesinnya naik atau turun tanpa harus menggunakan EEG, hanya saklar.
Namun lagi-lagi itu pun agaknya mustahil karena daya listrik di yang berasal dari komponen barang printer bekas tak sanggup mengangkat lengan yang sebesar itu.