GERHANA MATAHARI TOTAL

Ada 'Gelembung Panas' Saat Gerhana Matahari Total, Apa Itu?

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Selasa, 08 Mar 2016 16:08 WIB
Lapan dan NASA mempunyai misi mengamati coronal mass ejection (CME) saat Gerhana Matahari Total nanti.
NASA dan Lapan kolaborasi dalam ekspedisi penelitian Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016 di Halmahera, Manado Utara (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan antariksa Amerika Serikat atau NASA berkolaborasi dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan)  akan mengamati gelembung gas panas yang bernama coronal mass ejection (CME) di Matahari pada saat Gerhana Matahari Total nanti.

Istilah CME yang 'dimuntahkan' Matahari sejatinya berbentuk gelembung gas dan materi panas plasma yang dihasilkan dari ledakan medan magnet sang surya.

Diketahui CME memiliki kecepatan mulai dari 100 kilometer per detik hingga 3.000 kilometer per detik, dengan bobot terbesar bisa mencapai 10 miliar ton namun kecepetannya tidak sepesat cahaya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nat Gopalswamy selaku pimpinan investigasi NASA dari Goddard Space Flight Center di Maryland, AS menjelaskan CME yang menarik perhatian. Apabila Matahari memuntahkan CME yang mengarah ke kutub Bumi maka akan timbulkan fenomena northern lights atau yang biasa disebut aurora borealis.

"Saat CME menyalurkan partikel ke lingkungan orbit Bumi, ia bisa masuk ke medan magnet Bumi dan menciptakan arus yang mendorong partikel ke arah kutub Bumi. Saat bereaksi dengan oksigen dan nitrogen, maka bisa tercipta aurora," terang Gopalswamy saat bertandang ke Jakarta baru-baru ini.

Gopalswamy yang sudah dua kali mengunjungi Indonesia ini menyambung, bahwa cukup sulit mengobservasi CME dengan cermat. Momen GMT tahun ini tak akan dilewatkan begitu saja untuk mengamati lingkungan Matahari.

Namun, pada situs NASA turut dijelaskan, bahwa CME secara ilmiah bisa memicu perubahan magnetik yang efeknya bisa mengganggu gelombang radio frekuensi tinggi, koordinat GPS, dan sistem listrik di Bumi.

Namun hal ini diyakini oleh anggota tim peneliti NASA Nelson Reginald sebagai hal yang tidak perlu dikhawatirkan sebab apabila terjadi, durasinya tidak akan lama.

"Sulit dikatakan apabila CME menjadi dalang dari kerusakan transmisi radio. Jika ada kerusakan, tentu hanya akan berlangsung beberapa menit saja," ucap Reginald.

Yang jelas, NASA dan Lapan mengaku bersemangat melakukan ekspediksi di Maba, Maluku Utara. Dijelaskan oleh peneliti Lapan Sungging Mumpuni bahwa masih banyak informasi yang bisa diperoleh terkait misteri korona Matahari.

"Kami pernah menemukan zat besi di korona Matahari yang mampu menambah data baru, karena zat besi selama ini ada di Bumi. Kami harap penelitian ini bisa membuka lebih banyak informasi tambahan mengenai keantariksaan yang berkaitan dengan Bumi," kata Sungging di tempat yang sama.

NASA membawa peralatan mumpuni sendiri langsung dari AS yang terdiri dari instrumen coronagraph danpolarization camera. Polarization camera dijelaskan oleh Reginald, memiliki 20 ribu lebih pixel dan mampu menangkap 4 gambar gerhana sekaligus sesuai pola yang sudah diatur sehingga hasilnya nanti bisa memberi citra jelas mengenai prosesnya.

(tyo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER