Jakarta, CNN Indonesia -- Satu hal pasti dari gerhana bulan penumbra adalah fenomena ini tidak memancarkan sinar mentereng seperti gerhana matahari total. Gerhana bulan penumbra cenderung redup.
Dijelaskan oleh peneliti astronomi yang dulunya Kepala Observatorium Bosscha, Moedji Raharto, gerhana bulan penumbra terjadi saat wajah Bulan purnama lebih redup dari biasanya. Mengapa?
"Sorot cahaya Matahari ke Bulan berkurang karena sebagian terhalang Bumi," tutur Moedji kepada
CNN Indonesia, Rabu (23/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara menurut peneliti astronomi Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Rhorom Priyatikanto, Bulan purnama akan tertutup oleh bayang-bayang penumbra Bumi sebesar 77 persen. Hal inilah yang membuatnya tidak akan mudah untuk diamati, terlebih di kawasan yang langitnya mendung atau berawan.
Moedji menyambung, Bulan akan terbit di sebelah timur setelah Matahari terbenam dan gerhana bulan penumbra diprediksi akan mulai sekitar pukul 16.39 WIB dan mengalami puncaknya pada pukul 18.47 atau 18.48 WIB, lalu berakhir sekitar pukul 20.55 - 20.57 WIB.
"Kalau cuacanya mendung dengan awal tebal menutupi Bulan, ya tidak bisa mengamati gerhana. Pakai teleskop tanpa penapis cahaya Matahari bisa dimanfaatkan untuk pengamatan fenomena ini," kata Moedji lagi.
Senada dengan Moedji, Rhorom juga menuturkan apabila langit benar-benar cerah, gerhana bulan penumbra bisa terlihat oleh mata. "Tapi akan lebih jelas bila diprotet dengan kamera yang ditambah lensa tele atau teleskop," ungkap Rhorom.
Rhorom menambahkan, daerah yang bisa menyaksikan gerhana bulan penumbra ini diperkirakan berada di Sumatera dan Sulawesi karena cuaca yang lebih cerah.
Lantas apa istimewanya?Jika dibandingkan dengan gerhana matahari total yang begitu menggemparkan karena mampu menyulap pagi atau siang hari menjadi seperti malam, lain halnya dengan gerhana bulan penumbra.
Diakui Rhorom, tidak ada yang terlalu istimewa dari fenomena gerhana bulan penumbra. Terlebih gerhana ini memang sifatnya redup, sehingga pengamatan pun tidak bisa dilakukan di banyak tempat.
"Namun secara historis, gerhana ini cukup menarik," kata Rhorom.
Ia pun bercerita secara singkat, bahwa dahulu kala orang-orang Babilonia kuno mengetahui pola perulangan gerhana dari pengamatan gerhana bulan. Sehingga, bisa dikatakan sudah sejak lama orang-orang tahu periode fenomena gerhana 18 tahunan.
"Periodisitas ini ternyata juga berlaku untuk gerhana matahari. Dari situlah orang zaman dulu bisa meramalkan waktu kapan terjadi gerhana matahari," kata Rhorom.
Fenomena gerhana bulan penumbra ini tidak hanya sekali ini saja terjadi di tahun 2016. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa gerhana bulan penumbra selanjutnya bakal berlangsung pada 18 Agustus dan 17 September mendatang.
(eno)