Jakarta, CNN Indonesia -- Kontroversi Uber di berbagai negara tak lepas dari ambisi kuat sang pendiri, Travis Kalanick, yang ingin menyingkirkan mobil pribadi di jalan raya. Dia pun ingin membuat layanan yang dapat mempromosikan keamanan dan transportasi yang terjangkau.
Kalanick yang lahir 6 Agustus 1976, merangkul Garrett Camp untuk mendirikan perusahaan peranti lunak yang bakal merealisasikan ambisi itu. Uber didirikan pada 2009 silam di San Francisco, California.
Dengan melahirkan sebuah aplikasi, Uber jadi penghubung para pengguna yang butuh jasa transportasi untuk mencapai satu lokasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Uber mempersilakan para pemilik mobil pribadi untuk bergabung jadi mitra pengemudi, mengantar penumpang, mendapat bayaran, dan berbagi pendapatannya kepada Uber.
Layanan Uber diterima oleh masyarakat, terutama karena harganya yang terjangkau. Uber mengekspansi layanannya ke berbagai negara dengan agresif, mengganggu tatanan transportasi, dan menjadi kontroversi.
"Uber is one of the world's most disruptive companies," tulis media CBS News beberapa waktu lalu.
Ya, Uber dianggap mengganggu bisnis yang sudah ada, yaitu transportasi konvensional. Meski ia bergerak di bidang teknologi, namun jasa yang diberikan lebih kentara pada aspek transportasinya.
"Kami melihat di berbagai kota dan ratusan juta bahkan miliar orang yang hidup di dalamnya. Kami tahu sistem transportasi yang sudah ada, belum melayani kebutuhan semua orang," ucap Kalanick.
Ia melanjutkan, "bahkan di New York yang dikenal memiliki sistem angkutan yang mengagumkan, tapi masih ada dua setengah juta mobil yang meramaikan jembatan setiap hari. Kami percaya kami bisa membantu kota jadi lebih baik."
Kalanick mengingat ketika pertama kali Uber hadir, layanan ini menggunakan mobil hitam yang terbilang mewah. Ketika perusahaan mulai ekspansi ke sejumlah negara, layanan Uber jadi semakin beragam dari sisi jenis kendaraan yang tak melulu mewah agar semakin mudah dijangkau.
Tercatat pada tahun 2015 di New York, Amerika Serikat, Uber menyediakan layanan kepada 1,9 juta pengguna dalam kurun waktu tiga tahun dan menciptakan rata-rata 13.750 pekerjaan. Sementara di London, Inggris, pengguna Uber sudah mencapai angka sebanyak 900 ribu dan membuka 7.800 pekerjaan.
Bagi Kalanick, konsep yang dijalankan Uber adalah mengenai pemecahan masalah (problem-solving) dan bergairah untuk selalu melakukannya.
Di samping kontroversi yang menghebohkan dunia, Uber tercatat memiliki lebih dari satu juta mitra pengemudi aktif secara global. Nilai perusahaan pun meroket ke angka lebih dari US$60 miliar.
Tetap Agresif di Tengah KontroversiCara kerja layanan Uber adalah pengguna mengoperasikan aplikasi, memasukan tempat penjemputan dan destinasi, lalu menunggu sopir menjemput dengan mobil yang bukan taksi, melainkan mobil pribadi atau rental. Soal tarif, Uber menggunakan konsep argo seperti taksi konvensional namun dengan biaya yang lebih murah.
Hal tersebut yang menjadi pemicu kontroversi di banyak negara, termasuk Indonesia, karena Uber dinilai tidak memiliki izin operasional transportasi umum publik yang sah serta metode bisnis yang "tak lazim".
Hal tersebut yang kemudian menggiring Uber berada di "area abu-abu," apakah ia perusahaan teknologi atau penyedia jasa transportasi.
Dalam berbagai acara dan wawancara di media, Kalanick kerap menekankan bahwa Uber merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peranti lunak dan tak memiliki satu pun armada transportasi. Kalanick juga berlindung di balik dalih bahwa mereka hadir sebagai alternatif mobilisasi masyarakat.
"Jika Anda kembali ke dua setengah tahun lalu, perusahaan kami punya 400 karyawan. Sekarang sudah 6.500 orang. Pastikan 'apakah kami orang-orang baik yang melakukan pekerjaan baik?' Menurut saya, tim kami belajar banyak dan akan terus lebih kuat," ucap Kalanick, mengutip situs Inc.com.
Menyingkirkan Mobil Pribadi, Bagaimana dengan Taksi?Pada 2015 lalu Kalanick menegaskan layanan berbagi transportasi macam Uber tidak melanggar regulasi. Ia sendiri mengharapkan layanan ini dapat mempromosikan keamanan dan transportasi terjangkau, serta menghasilkan pajak pendapatan tanpa membatasi kompetisi.
Ia juga menyatakan Uber berambisi menciptakan sekitar 50 ribu lapangan pekerjaan di Eropa dan siap 'menggeser' 400 ribu kendaraan pribadi warga dari jalan raya.
"Cerita menggantikan mobil ini bukan hanya visi atau mimpi," kata Kalanick, "tetapi sesuatu yang yang sebenarnya sudah terjadi hari ini."
Alih-alih menggantikan mobil pribadi, pada kenyataannya Uber juga membuat geram perusahaan operator taksi. Pengguna taksi memilih Uber karena tak perlu lagi memberhentikan kendaraan di pinggi jalan, dan tentu saja murah. Pengemudi taksi pun banyak yang beralih jadi mitra Uber karena mereka jadi memiliki aset mobil pribadi.
Hal ini berimbas pada menurunnya pendapatan sopir taksi yang secara otomatis membuat pendapatan perusahaan taksi turun. Alhasil, aksi menentang Uber pun tak terelakan di berbagai negara termasuk Indonesia.
Meski kini ada layanan Uber yang dilarang di sejumlah negara Eropa seperti Paris dan Jerman, Kalanick bersikeras kehadiran Uber bisa berikan layanan dan harga terjangkau. Diketahui Uber memegang prinsip
"win at all costs" demi memenuhi kebutuhan pengguna.
"Jika Anda bergairah untuk memecahkan masalah, tentu Anda akan menemukan cara untuk melakukannya, bahkan jika orang-orang menganggap hal itu mustahil sekalipun. Inilah yang jadi fokus di pekerjaan saya," tuturnya.
Saking agresifnya, Kalanick sempat dianggap sebagai "Darth Vader" di dunia startup oleh seorang blogger TechCrunch Michael Arrington pada 2014 silam.
Mobil Tanpa Sopir, Ambisi BerikutnyaSeakan cuek dengan kericuhan yang mewarnai kota-kota besar di berbagai negara, Kalanick memiliki impian lebih besar di masa depan, yaitu menggunakan mobil self-driving atau mobil yang bisa berjalan sendiri tanpa kendali sopir.
Memang sangat ambisius, namun hal ini nampaknya bisa menyingkirkan pekerja manusia, dan tak lagi relevan dengan apa yang diucap Kalanick sebelumnya dalam hal penyediaan lapangan kerja?
Kalanick menanggapi, bahwa mobil pintar tanpa sopir realisasinya masih membutuhkan waktu yang cukup lama, namun ia tidak mau ketinggalan momentum penggunaan teknologi mumpuni seperti ini di masa depan.
"Dunia serba otomatis akan terjadi. Bagaimana kami menggiring teknologi ini? Yang jelas itu (dunia serba otomatis) akan betul-betul hadir secara nyata," ungkap Kalanick dengan optimis.
Kalanick menggarisbawahi, Uber akan selalu melakukan perubahan sebelum kondisi di sekitar 'memaksa' untuk berubah.
"Salah satu hal mengenai peran sebagai pengusaha adalah harus terus bergerak dan melakukan proses ke ranah yang mungkin ditentang oleh kearifan konvensional," ucap Kalanick.
(adt)