Jakarta, CNN Indonesia -- Adobe Systems mengeluarkan pembaruan darurat pada peranti lunak Flash yang secara luas dipakai pada aplikasi browser Internet setelah peneliti menemukan celah keamanan yang dieksploitasi untuk menyampaikan program jahat penyandera dokumen atau ransomware di komputer pribadi Windows.
Untuk mengatasi masalah itu, Adobe mendesak pengguna pada komputer Windows, Mac, Chrome, dan Linux, agar segera memperbarui Flash secepat mungkin.
Menurut peneliti keamanan siber, ransomware ini bekerja setelah komputer pengguna mengunjungi sebuah situs yang sudah tercemar ransomware. Ketika hal itu terjadi, komputer pengguna akan jadi korban ransomware.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ransomware menjebak korban dengan melakukan enkripsi atau mengunci dokumen di komputer sehingga pengguna tidak dapat membuka dokumen. Setiap dokumen yang terkunci oleh ransomware hanya bisa dibuka jika memasukkan kode unik untuk membuka enkripsinya.
Untuk mendapatkan kode unik itu, pengguna diharuskan membayar sejumlah uang yang kebanyakan dibayar dalam bentuk Bitcoin. Kebanyakan meminta 1 Bitcoin. Atas dasar itu, maka ransomware disebut virus penyandera dokumen.
Temuan ransomware di Flash terungkap oleh perusahaan keamanan siber Trend Micro asa Jepang pada 31 Maret. Ransomware itu diberi nama Cerber.
"Cerber punya taktik mengeluarkan suara membacakan catatan tebusan yang akan menciptakan rasa urgensi pada pengguna agar mau membayar," kata Trend Micro dalam publikasi di blog perusahaan.
Menurut laporan
Reuters, ransomware telah menyerang sejumlah negara di Amerika dan Eropa, termasuk rumah sakit, kantor polisi, dan sekolah.
Penyebaran ransomware pun dicatat semakin luas dengan metode tebusan yang lebih canggih.
"Penyebaran sejak hari pertama sampai sekarang mengalami kemajuan dari para penjahat siber," kata Kyrk Storer, juru bicara perusahaan keamanan siber FireEye.
(adt)