Jakarta, CNN Indonesia -- PT LEN Telekomunikasi Indonesia menunjuk PT Indonesia Infrastruktur Finance (IIF) sebagai pihak yang mengatur dan mencarikan pendanaan sindikasi (mandated lead arranger) untuk pembangunan proyek Palapa Ring Paket Tengah.
Dari sekitar Rp1 trilun total dana yang dibutuhkan untuk merampungkan proyek Paket Tengah, 80 persennya (Rp790 miliar) akan dicarikan oleh IIF. Sementara sisanya berasal dari para anggota dalam Konsorsium Pandawa Lima, selaku kelompok yang memenangkan tender Paket Tengah.
Para pemenang tender Paket Tengah ini telah membentuk badan usaha pelaksana untuk menjalankan proyek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsorsium Pandawa Lima dipimpin oleh LT LEN Telekomunikasi Indonesia yang menguasai 51 persen saham di badan usaha pelaksana, dan anggota lainnya adalah PT Teknologi Riset Global Investama (TRG) yang mengusai 34 persen, PT Sufia Technologies 5 persen, PT Bina Nusantara Perkasa (BNP) 5 persen, dan PT Multi Kontrol Nusantara sebesar 5 persen.
Direktur Utama PT LEN Telekomunikasi Indonesia, Raden Wahyu Pantja Gelora mengatakan, ada empat kriteria yang menjadi pertimbangan dalam mencari mandated lead arranger. Kriteria tersebut adalah persyaratan dan proses persetujuan kredit, platform kredit, persyaratan dan proses pencarian kredit, dan tingkat suku bunga.
"Dengan pengalaman IIF di bidang pembiayaan infrastruktur, penasihat keuangan, jaringan internasional, dan dukungan dari pemegang saham, kami yakin bisa membantu LEN Telekomunikasi untuk mendapatkan sumber-sumber pembiayaan dengan rate terbaik," kata Panjta saat acara Seremoni Penunjukkan Mandated Lead Arranger untuk Pembiayaan Proyek Palapa Ring Paket Tengah, Selasa (24/5).
Pihak IIF optimis bisa mendapatkan dana dari berbagai pemberi kredit karena pemerintah memberikan jaminan untuk proyek ini.
“Walaupun rate-nya nanti tidak terlalu besar, tetapi kami yakin proyek ini akan banyak yang minat,” kata Arisudono Soerono, President Direktur IIF.
Rencananya, IIF akan menyambangi berbagai bank lokal baik BUMN maupun swasta guna mengumpulkan dana untuk menjalankan proyek ini. Ari memastikan bahwa komposisi bank swasta akan lebih sedikit ketimbang bank BUMN.
“Bank swasta mungkin hanya satu atau dua bank saja, akan lebih banyak bank BUMN dan bank daerah. Terutama bank daerah di (wilayah) Jawa karena relatif memiliki dana yang besar dan membutuhkan penyaluran kredit,” lanjut Ari.
Diperkirakan, IIF sudah bisa mulai mengucurkan dana pada akhir Agustus mendatang agar proyek yang ditargetkan rampung pada 2018 ini bisa segera dinikmati oleh masyarakat.
Palapa Ring merupakan proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer. Proyek itu terdiri atas tujuh lingkar kecil serat optik (untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku) dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya.
Pembangunan jaringan serat optik nasional itu akan menjangkau 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Proyek Palapa Ring ini akan mengintegrasikan jaringan yang sudah ada dengan jaringan baru pada wilayah timur Indonesia (Palapa Ring-Timur).
Proyek Paket Tengah sendiri menjangkau wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara (sampai dengan Kep. Sangihe-Talaud) dengan total panjang kabel serat optik sekitar 2.700 km.
Sementara Paket Barat dimenangkan oleh Konsorsium Moratel-Triasmitra dengan komposisi; PT Moratelematika Indonesia sebesar 90 persen dan PT Ketrosden Triasmitra 10 persen. Paket ini menjangkau wilayah Riau dan Kepulauan Riau (sampai dengan Pulau Natuna) dengan total panjang kabel serat optik mencapai 2.000 km.
Bulan depan, Kementerian Komunikasi dan Informatika akan mengumumkan pemenang tender Proyek Paket Timur dalam Palapa Ring.
(adt)