Kualitas Jaringan Bisa Buruk Bila Tarif Interkoneksi Turun

Susetyo Dwi Prihadi & Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Sabtu, 04 Jun 2016 15:43 WIB
Cakupan jaringan akan berkurang dan kualitas jaringan bisa buruk bila tarif interkoneksi turun secara signifikan.
Ilustrasi. (dangquocbuu/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menkominfo Rudiantara mengatakan bahwa salah satu alasan mengapa perlu adanya penurunan tarif interkoneksi agar memangkas biaya panggilan telepon lintas operator (off-net) mendekati sesama jaringan (off-net). Efektifkah?

"Interkoneksi tergantung strategi operator, mau dijadikan paket untuk berkompetisi atau tidak. Masing-masing operator punya strategi bisnis sendiri, tapi secara industri membuat efisien industri banyak variable yg bisa di-addres dari mulai internkoneksi ini," kata Rudiantara, ditemui di Indonesia Cellular Show.

Rudiantara menambahkan, interkoneksi sebetulnya bukan satu-satunya alat untuk menjadikan industri efisien. Namun diklaim olehnya sebagai jalan tengah untuk membuatnya menjadi lebih tepat bila diteruskan kepada pelanggan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini akan bertolang belakang dengan pandanganan Dirjen Penyelenggara Pos dan Informatika Kemkominfo Kalamullah Ramli. Dia bilang, seharusnya sesuai Peraturan Menkominfo Nomor 8 Tahun 2006, perhitungan biaya interkoneksi disesuaikan dengan masing-masing operator yang disesuaikan dengan biaya investasi.

Karena nantinya bila dihitung berdasarkan biaya jaringan makan aspek rata dan adil bisa terwujud. Dan menurutnya, merupakan hak masing-masing operator untuk menaikkan atau menurunkannya.

"Masalahnya operator tidak memperluas jaringan melalui pembangunan BTS baru bila biaya interkoneksi selalu akan turun," katanya, saat dihubungi.

Dia tidak menampik bahwa penurunan biaya interkoneksi akan membuat tarif murah bisa berdampak ke pelanggan. Tapi, yang perlu digarisbawahi adalah itu hanya bersifat jangka pendek.

"Sebab dalam jangka panjang akan membuat operator menjadi berkurang kemampuannya untuk memperluas cakupan jaringan dan mempertahankan kualitas jaringan yang baik," katanya lagi.


Selama data inputnya benar maka hasil perhitungan akan menjamin pengembalian investasi operator. Biaya interkoneksi pun bukan untuk pelanggan, namun merupakan tarif jaringan antar operator yang dibayar dalam berinterkoneksi.

Menanggapi anggapan penurunan tarif interkoneksi akan berdampak pada turunnya tarif ritel sehingga pelanggan bisa menikmati harga yang murah, Kalamullah berpendapat bahwa kondisi ini apabila memang terjadi hanya akan baik untuk masyarakat secara jangka pendek saja.

"Namun sebaliknya, secara jangka panjang hal tersebut akan berdampak buruk, dikarenakan operator akan berkurang kemampuannya untuk memperluas cakupan jaringan dan mempertahankan kualitas layanan yang baik," sebutnya.


Turunnya tarif interkoneksi juga dirasakan tak akan maksimal dalam sisi pembangunan jaringan ke beberapa daerah. Seperti yang diungkapkan oleh Direktur Telkomsel Ririek Adriansyah.

"Biaya interkoneksi ini hanya sebagian kecil atau sekitar 15 persen dari variabel komponen tarif retail secara keseluruhan, yang terdiri dari beberapa variabel biaya lainnya seperti service activation fee, marketing, dan margin,"  katanya, saat ditemui di kawasan Jakarta.

Sehingga dengan penurunan 25 persen dari 15 persen tarif ritel saat ini yang dibebankan kepada pelanggan, yang berkisar di angka Rp 1.500 – Rp 2.000 per panggilan lintas operator, dinilai tidak akan signifikan.

(tyo/eno)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER