Jakarta, CNN Indonesia -- Indosat Ooredoo mengeluhkan situasi monopoli pasar seluler di luar Pulau Jawa yang secara tak langsung ditujukan kepada Telkomsel. Menanggapi pernyataan ini, Telkomsel membantah apa yang mereka lakukan di pasar luar Jawa bukan monopoli, melainkan hasil dari investasi jangka panjang.
Dalam pernyataan resmi yang diterima CNNIndonesia.com, Indosat berkata pasar luar Jawa dikuasai oleh satu penyelenggara yang menguasai 80 persen dari pangsa pasar. Menurut aturan persaingan usaha, Indosat berkata jika terjadi penguasaan lebih dari 50 persen, maka patut dianggap sebagai praktik monopoli sehingga negara harus hadir.
Penguasaan pasar ini membuat masyarakat menjadi rentan terhadap kenaikan tarif layanan yang terang-terangan maupun secara diam-diam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo, Deva Rachman dalam pernyataan berkata, di beberapa daerah ada pelanggan yang harus membayar tujuh kali lipat lebih mahal di pasar luar Jawa. Bahkan ada yang tak menyadari adanya kenaikan harga yang dikenakan dalam segmen dan waktu tertentu.
Dalam upaya masuk ke pasar luar Jawa, Indosat melakukan kampanye program tarif telepon Rp1 per detik ke semua operator untuk melakukan penetrasi pasar. Namun, dalam pemasaran ini, terlihat sejumlah poster dan spanduk yang menyindir tarif mahal dari Telkomsel yang menguasai pasar di luar Jawa.
Deva berkata poster dan spanduk itu merupakan testimoni secara sukarela atas tarif murah yang diajukan Indosat. "Terkait testimoni yang spesifik menyebut nama operator lain telah kami tarik agar tidak menimbulkan salah paham," kata Deva.
 Kampanye Indosat Ooredoo menawarkan produk IM3 Ooredoo di luar Pulau Jawa yang menyindir soal tarif Telkomsel. (Dok. Istimewa) |
Dari pantauan CNNIndonesia.com, sejumlah pesan yang ditulis dalam poster maupun spanduk itu berbunyi, "Cuma IM3 Ooredoo Nelpon Rp1/Detik. Telkomsel? Gak Mungkin." Kemudian ada juga “Nelpon Simpati Nggak Mikir Lagi Kalo Pake IM3 Ooredoo Rp1/Detik.”
Bukan hanya tarif ritel yang dikeluhkan Indosat, tetapi juga tarif interkoneksi yang masih terlalu tinggi dan membuat persaingan dinilai tidak sehat.
Tanggapan TelkomselTelkomsel tak tinggal diam dan membantah tuduhan monopoli dari pesaingnya itu yang memiliki 69,8 juta pelanggan di kuartal pertama 2016. Sementara Telkomsel menutup kuartal pertama tahun ini dengan 153,61 juta pelanggan.
Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati mengatakan, penguasaan pasar oleh Telkomsel di luar Pulau Jawa diraih melalui jatuh bangun sejak perusahaan berdiri 1995.
Telkomsel menegaskan pembangunan jaringan di luar Pulau Jawa memiliki pasar yang tidak besar, dan pada saat yang sama Telkomsel mengeluarkan belanja modal yang sangat besar. Begitupun biaya produksi dan operasional layanan yang tinggi dibandingkan biaya di Pulau Jawa.
"Semangat membangun hingga ke pelosok merupakan semangat yang dimiliki oleh Telkomsel untuk menyatukan Nusantara, di mana pada saat itu operator lain lebih fokus membangun di Pulau Jawa dan kota besar yang secara bisnis lebih menguntungkan," kata Adita dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia.com.
Adita mengklaim Telkomsel saat ini merupakan satu-satunya operator yang melakukan pembangunan infrastruktur telekomunikasi seluler hingga ke berbagai daerah pelosok, perbatasan dan daerah terluar. Ini sesuai dengan Modern Licensing yang diamanatkan dalam UU Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi.
Anak usaha Telkom itu memamerkan jaringan Telkomsel yang didukung 116.000 BTS di seluruh penjuru Indonesia, dimana angka penambahan jaringan ini dilakukan secara konsisten dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 25 persen setiap tahun.
BRTI Meminta Klarifikasi IndosatBadan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) pada Senin (20/6) akhirnya memanggil Indosat untuk meminta klarifikasi soal keluhan monopoli dan kampanye promosi yang menyindir Telkomsel.
Anggota Komisioner BRTI Bidang Hukum, I Ketut Prihadi Kresna berkata, pihaknya tak menutup kemungkinan bakal memanggil Telkomsel setelah nanti mendengar klarifikasi dari Indosat.
“Kami akan lihat hasil klarifikasi nanti. Setelah itu akan kami pertimbangkan apakah akan mengundang Telkomsel atau tidak,” ujar Ketut kepada CNNIndonesia.com.
Aksi sindir tersebut membuat Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berkomentar. Ia mengingatkan agar perusahaan mengkaji soal etika dalam berkomunikasi dan promosi. Ia berharap persaingan di antara operator seharusnya memberikan pilihan bagi masyarakat.
Dalam kesempatan bertemu BRTI ini, Deva berkata Indosat menyampaikan dugaan persaingan tidak sehat dari Telkomsel yang memborong kartu perdana Indosat di pasar, kemudian melakukan perubahan
shop sign Indosat menjadi
shop sign kompetitor, sampai permintaan ke pedagang agar tak menjual produk Indosat.
Di akhir pernyataan, kedua perusahaan seluler yang sedang berseteru ini menyampaikan harapannya kepada pemerintah.
Indosat berharap agar regulator membenahi masalah yang mereka sangkakan, serta membuat regulasi persaingan yang sehat dan terjangkau agar tak menghalangi masyarakat yang ingin masuk dalam kegiatan online.
Sementara Telkomsel berkata akan konsistem membangun jaringan sehingga lebih banyak lagi masyarakat di berbagai lokasi yang dapat menikmati layanan telekomunikasi berkualitas.
(adt/eno)