Jakarta, CNN Indonesia -- Indosat Ooredoo memberikan keterangan sekaligus klarifikasi soal kampanye promo yang menyerang tarif Telkomsel yang dianggap kemahalan kepada Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).
"Hasil klarifikasi dari Indosat tadi pagi, Indosat menjelaskan latar belakang kegiatan mereka yang bukan merupakan iklan," kata Anggota Komisioner BRTI Bidang Hukum, I Ketut Prihadi Kresna, kepada
CNN Indonesia, Senin (20/6/20116).
Ditambahkan oleh Ketut, latar belakang mengapa mereka melakukan hal tersebut antara lain posisi dominan Telkomsel, rencana network sharing Indosat dan partnernya yang belum terealisasi, rencana penurunan tarif interkoneksi yang tidak sesuai harapan, dan sewa jaringan ke Telkom yang sulit di luar Jawa.
"Berdasarkan klarifikasi ini, BRTI minta kepada Indosat untuk membuat pengaduan resmi ke BRT. Sehingga kami dapat mempelajari dan menindaklanjutinya. Supaya fair, Selasa besok jam 14, BRTI akan mengundang Telkomsel untuk memberikan penjelasan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus ini sendiri bermula dalam upaya Indosat Ooredoo masuk ke pasar luar Jawa. Operator dengan ciri khas 'Kuning' ini melakukan kampanye program tarif telepon Rp1 per detik ke semua operator untuk melakukan penetrasi pasar. Namun, dalam pemasaran ini, terlihat sejumlah poster dan spanduk yang menyindir tarif mahal dari Telkomsel yang menguasai pasar di luar Jawa.
Dari pantauan CNNIndonesia.com, sejumlah pesan yang ditulis dalam poster maupun spanduk itu berbunyi,
"Cuma IM3 Ooredoo Nelpon Rp1/Detik. Telkomsel? Gak Mungkin." Kemudian ada juga “Nelpon Simpati Nggak Mikir Lagi Kalo Pake IM3 Ooredoo Rp1/Detik.” (Dok.Istimewa) |
Sementara itu Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati mengatakan, penguasaan pasar oleh Telkomsel di luar Pulau Jawa diraih melalui jatuh bangun sejak perusahaan berdiri 1995.
Telkomsel menegaskan pembangunan jaringan di luar Pulau Jawa memiliki pasar yang tidak besar, dan pada saat yang sama Telkomsel mengeluarkan belanja modal yang sangat besar. Begitupun biaya produksi dan operasional layanan yang tinggi dibandingkan biaya di Pulau Jawa.
"Semangat membangun hingga ke pelosok merupakan semangat yang dimiliki oleh Telkomsel untuk menyatukan Nusantara, di mana pada saat itu operator lain lebih fokus membangun di Pulau Jawa dan kota besar yang secara bisnis lebih menguntungkan," kata Adita.
(adt)