Jakarta, CNN Indonesia -- Selain mengeluhkan praktik monopoli pasar seluler yang diduga dilakukan Telkomsel di luar Pulau Jawa, Indosat Ooredoo juga mengeluhkan diskriminasi yang dilakukan Telkom untuk urusan menyewa jaringan di luar pulau Jawa.
Group Head Corporate Communications Indosat Ooredoo, Deva Rachman mengatakan, Telkom cenderung memudahkan kerja sama jaringan dengan Telkomsel.
Deva saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Selasa (21/6), enggan memberi keterangan lebih detail soal keluhan perusahaan kepada Telkom, karena hal ini telah disampaikan secara resmi oleh Indosat kepada BRTI pada pertemuan Senin (20/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indosat telah mengambil inisiatif untuk memperluas layanannya di daerah lain melalui berbagi jaringan dengan XL Axiata. Kedua perusahaan juga mendorong pemerintah untuk menurunkan biaya interkoneksi.
“Segala upaya kami itu harus didukung dengan regulasi dan persaingan yang sehat,” tutur Deva.
Anggota Komisioner BRTI Bidang Hukum, I Ketut Prihadi Kresna, membenarkan pengaduan Indosat terhadap Telkom soal sewa jaringan.
“Menurut Indosat, ada diskriminasi tarif yang diberikan kepada Telkomsel oleh Telkom jika dibandingkan dengan tarif yang ditawarkan kepada Indosat,” tutur Ketut kepada CNNIndonesia.com.
BRTI telah menggelar pertemuan dengan Telkomsel hari ini, namun Ketut berkata, Telkomsel belum bisa memberi jawaban soal diskriminasi biaya sewa jaringan antara Indosat dan Telkom. Telkomsel disebut Ketut akan berkoordinasi dahulu dengan induk usahanya.
“Telkomsel akan mengklarifikasi hal ini ke Telkom dulu. Nanti pada jawaban tertulis Telkomsel, kami berharap hal ini juga sudah ditanggapi,” tutur Ketut.
Perseteruan antara Indosat dan Telkomsel ini mencuat setelah Indosat meminta testimoni pelanggan atas kampanye promosi tarif telepon Rp1 per detik ke semua operator di luar Jawa. Tarif murah ini diberlakukan sebagai upaya Indosat mengakuisisi 1 juta pelanggan.
Namun, dalam kampanye itu, terdapat sejumlah poster dan spanduk yang menyindir tarif mahal dari Telkomsel sebagai penguasa pasar di luar Jawa.
Sejumlah pesan yang ditulis dalam poster maupun spanduk itu berbunyi, "Cuma IM3 Ooredoo Nelpon Rp1/Detik. Telkomsel? Gak Mungkin." Kemudian ada juga “Nelpon Simpati Nggak Mikir Lagi Kalo Pake IM3 Ooredoo Rp1/Detik.”
Dalam pernyataan resmi, Indosat berkata pasar luar Jawa dikuasai oleh satu penyelenggara yang menguasai 80 persen pangsa pasar. Menurut aturan persaingan usaha, Indosat berkata jika terjadi penguasaan lebih dari 50 persen, maka patut dianggap sebagai praktik monopoli sehingga negara harus hadir.
Telkomsel membantah tudingan monopoli itu, dan menegaskan bahwa penguasaan pasar di luar Jawa itu diraih melalui investasi jangka panjang sejak perusahaan berdiri pada 1995.
Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati berkata, Telkomsel sejauh ini memiliki 116.000 BTS di seluruh penjuru Indonesia, dimana angka penambahan jaringan ini dilakukan secara konsisten dengan rata-rata sebesar 25 persen setiap tahunnya.
Pengamat telekomunikasi dan mantan anggota BRTI, M. Ridwan Effendi berpendapat, apa yang diraih Telkomsel saat ini merupakan buah dari upaya sungguh-sungguh dalam membangun jaringan.
“Kalau ada yang kesulitan melawan operator dominan, tanya balik, kok lisensi dapatnya sama, bangunnya tidak sama," ungkap Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB itu.
Menurutnya, masyarakat dalam suatu wilayah tidak mungkin tertarik dengan operator yang hanya menancapkan satu BTS saja di tengah kota demi untuk memenuhi modern licensing di 33 propinsi.
Ridwan mengingatkan bahwa monopoli itu tidak dilarang, tetapi praktik monopoli itu yang tidak boleh.
Dari sisi jumlah pelanggan, Telkomsel memang masih jadi penguasa pasar dengan 153,61 juta pelanggan pada kuartal pertama 2016. Indosat berada di peringkat kedua dengan 69,8 juta pelanggan, dan XL Axiata sekitar 45 juta pelanggan.
(adt/tyo)