Jakarta, CNN Indonesia -- Situs layanan e-commerce Lazada Indonesia menunjuk dua pucuk pimpinan baru yang berasal dari Eropa. Mereka adalah Florian Holm dan Duri Granziol. Keduanya berbagi inspirasi yang didapat dari Alibaba.
Mereka awalnya bertanggung jawab untuk Lazada Filipina sekitar 3,5 tahun. Keduanya diminta untuk menangani pasar Indonesia, tepat sebelum raksasa e-commerce China Alibaba membeli sebagian besar saham Lazada pada 12 April kemarin.
Holm yang berasal dari Jerman bersama Granziol yang berkebangsaan Swiss kini menjabat sebagai co-CEO Lazada Indonesia. Mereka pun berbagi cerita mengenai apa yang didapatkan dari kesuksesan Alibaba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Holm mengakui Indonesia sebagai pasar kompetitif untuk sektor ekonomi digital. Salah satu faktornya karena banyak pemain yang sudah hadir. Sebut saja Tokopedia, Bukalapak, hingga layanan
on-demand Gojek dan Grab.
Masuknya Alibaba ke Indonesia dengan mengakuisisi Lazada dinilainya sebagai peluang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan layanan dan kepuasan konsumen.
Granziol pun memaparkan tiga poin penting yang menjadi acuan besar Lazada setelah 'dirasuki' Alibaba.
Lazada terinspirasi dari Alibaba dalam menciptakan ekosistem ekonomi digital yang besar di kampung halaman sendiri.
Holm mengatakan, ia tidak berniat menjadikan Lazada sebagai 'perusahaan gendut' alias diisi oleh banyak karyawan. Ia justru lebih memilih banyak pihak yang terlibat di dalam ekosistem itu sebagai pendukung. Hal tersebut sama halnya dengan Alibaba.
"Banyak
merchant yang memilih bergabung dengan Alibaba untuk menjalankan bisnisnya. Hanya saja, di Indonesia memiliki banyak pemain e-commerce," ucap Granziol saat ditemui sejumlah media di Jakarta, Rabu (20/7).
Kemudian ia berharap penetrasi e-commerce di Indonesia bisa semakin besar dan pemain besar di dalamnya bisa saling melengkapi sektor ekonomi digital.
Ia memberi contoh dari sisi logistik. Jika masyarakat semakin gemar berbelanja di situs online, maka fungsi logistik semakin meningkat. Hal ini bisa memicu rendahnya biaya pengiriman.
"Di China, biaya pengiriman berkisat US$5 lima tahun lalu. Kini logistik semakin dibutuhkan untuk pengiriman barang konsumen, maka harga bisa ditekan hingga 50 sen sampai US$1 saja," terangnya lagi.
Poin kedua, peningkatan layanan untuk konsumen. Lazada mengaku akan meningkatkan kecepatan pengiriman barang baik yang menggunakan Lazada Express maupun layanan pengiriman pihak ketiga. Perusahaan juga akan meningkatkan keamanan data yang menyimpan data konsumen, termasuk memperkuat metode pembayaran.
Dari sisi metode pembayaran, Alibaba memiliki sistem pembayaran Alipay yang lebih dulu menancapkan kuku di ruang global sehingga memiliki jumlah pengguna lebih besar. Lazada sejatinya bisa memanfaatkan dan menambahkan sistem itu untuk memudahkan transaksi konsumen global yang selama ini telah familiar dengan Alipay .
Selain soal
security, Holm juga menyinggung sedikit soal teknologi
machine learning untuk mempercepat proses pembelian dan transaksi. Machine learning yang merupakan konsep kecerdasan buatan (
artificial intelligence/AI) ini juga diharapkannya bisa memudahkan konsumen mencari produk dari
mutual search dari algoritma.
"AI masih berada di
stage awal sekali, masih butuh banyak waktu untuk mengembangkannya. Tapi kami tentu saja akan mengarah ke sana," ucap Holm.
Ketiga, Lazada dan Alibaba akan menjadi fasilitator efisien bagi para merchant untuk mengekspansi produk mereka ke daerah pelosok hingga luar Indonesia.
Granziol menuturkan, sudah banyak jiwa wirausaha potensial di Indonesia untuk membangun bisnis baru, khususnya di sektor ekonomi. Baginya, akan lebih efisien dari segi tenaga dan biaya apabila mereka bergerak langsung di ranah online.
"Untuk membangun toko fisik, pasti banyak perizinan yang harus diurus, dan lebih memakan banyak biaya. Jika bergabung di situs e-commerce seperti Lazada, akan lebih mudah," ucap Granziol.
Ia menyambung, "dengan Alibaba, akses kami untuk membawa para mitra
merchant ke jangkauan Asia Tenggara semakin besar.
If they grow, we will grow too."
Diketahui pada pertengahan April kemarin, raksasa e-commerce asal China, Alibaba Group Holding baru saja mengambil langkah besar dengan membeli saham sebesar US$1 miliar atau setara Rp13 triliun dari Lazada Group.
Berangkat dari ambisi besar untuk menguasai pasar Asia Tenggara, Alibaba akhirnya berani caplok sebagian besar saham Lazada.
(tyo)