Bos Lazada Beberkan Kendala e-Commerce di Indonesia

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Kamis, 21 Jul 2016 13:35 WIB
Co-CEO Lazada Indonesia Duri Granziol memaparkan bagaimana kendala berbisnis e-commerce di Indonesia yang terutama pada bidang pengiriman.
Co-CEO Lazada Indonesia Duri Granziol. (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia yang secara geografis merupakan negara kepulauan, menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan pelaku perdagangan elektronik dalam aspek pengiriman barang. Karenanya, hingga saat ini logistik masih jadi masalah besar.

Co-CEO Lazada Indonesia Duri Granziol menekankan bahwa logistik masih menjadi masalah utama perusahaan.

"Masalah besar masih logistik. Sebetulnya tiap negara punya karakteristik masing-masing. Misalnya Vietnam, negara itu tidak seperti Indonesia, namun negaranya memanjang ke atas sehingga semua lokasi juga tidak mudah untuk dijamah," ucap Granziol saat ditemui sejumlah media.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ia melanjutkan, "Indonesia sudah tentu lebih menantang. Negara kepulauan dan banyak area terpencil. Dari sisi jangkauan hingga biaya menjadi rintangan."

Lazada yang telah diakuisisi oleh raksasa e-commerce China, Alibaba pada 12 April kemarin, bisa dibilang berkaca pada perusahaan pimpinan Jack Ma tersebut.

Diungkapkan co-CEO Florian Holm, biaya pengiriman produk di China pada lima tahun lalu berkisar US$5. Kala itu belum terlalu banyak merchant seperti sekarang.


Seiring berjalannya waktu, masyarakat Negeri Panda itu semakin tergerak untuk membuat usaha sendiri. Ketimbang membangun toko fisik, mereka lebih tertarik bergabung di Alibaba.

"Semakin banyak merchant di Alibaba maka semakin besar permintaan yang datang. Maka biaya logistik bisa semakin murah, kini kira-kira hanya 50 sen hingga US$1 saja di China," lanjut Holm.

Hal tersebut ingin diadopsi Lazada di Indonesia. Bersama dengan pemain besar e-commerce lokal lain, Lazada mengaku ingin meningkatkan minat masyarakat dalam belanja online. Pun begitu dengan merchant dan UKM yang ingin bergabung.

Tujuannya sama, agar logistik bisa ditingkatkan dari segi jangkauan serta biaya yang jauh lebih rendah.

"Sekarang rata-rata 10 juta orang Indonesia sudah gemar belanja online. Semoga bisa terus terdorong untuk bergerak ke digital untuk meningkatkan ekosistem ini," kata Holm.

Internet jadi 'alat' yang demokratis

Granziol dengan optimis mendorong masyarakat yang ingin berbisnis sendiri alias wirausaha agar lebih melirik internet sebagai alat terbaik untuk memulainya.

Era sekarang memang serba digital, sehingga pelaku UKM diyakininya akan jauh lebih efektif memulai bisnis melalui ranah online.

"Internet itu sifatnya demokratis. Sesederhana Anda memulai bisnis, daripada mengeluarkan biaya besar hingga meminjam uang dulu hanya untuk menyewa atau membeli space seperti toko, itu memakan waktu yang lama," ujar Granziol.

Ia menyambung, "jika pelaku UKM terdorong untuk bergabung di e-commerce seperti Lazada, tentu saja initial cost mereka akan lebih ringan. Tidak perlu mengurus banyak izin dan mengeluarkan biaya besar."

Pihak Lazada memang berupaya menjalankan peran mereka sebagai fasilitator bagi masyarakat yang ingin membuka usaha sendiri. Semuanya untuk menciptakan ekosistem ekonomi digital yang semakin efisien. (tyo)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER