Jakarta, CNN Indonesia -- Walau sudah mempunyai 4G LTE, Smartfren Telecom mengakui masih ada pelanggan yang ada di jaringan CDMA miliknya. Bahkan 20 persen diantaranya merupakan pelanggan lanjut usia.
Seperti diketahui, keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika saat masih dijabat Tifatul Sembiring mewajibkan Smartfren mengikuti tata ulang frekuensi 850 MHz serta pindah dari frekuensi 1.900 Mhz.
Sebagai gantinya, anak usaha grup Sinar Mas itu mendapatkan alokasi frekuensi sebesar 30 MHz pada frekuensi 2.300 Mhz. Frekuensi ini pula yang saat ini mereka pakai untuk menggelar layanan 4G LTE.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu di 850 Mhz, Smartfren mesti tukar posisi, dari semula berada di Band B, mesti pindah ke Band A.
Diungkapkan Head of Network Special Project Smartfren Munir Syahda Prabowo, sesuai survei yang dilakukan oleh perusahaan, terungkap sebanyak 20 persen dari 10 juta pelanggan CDMA adalah masyarakat lanjut usia.
Jika diperkirakan, maka ada sekitar 2 juta pelanggan Smartfren yang masih 'terjebak' di ponsel fitur.
"Pengguna CDMA yang masih pakai ponsel feature phone jadul itu memang mayoritas mereka yang sudah tua," ungkap Munir kepada sejumlah media saat dijumpai usai jumpa pers di Jakarta, Rabu (27/6).
Ia melanjutkan, "mereka cenderung memang sulit mengadopsi teknologi masa kini yang sudah sangat maju. Dan mereka butuh ponsel cuma untuk telepon dan SMS saja."
Munir juga menjelaskan, selain kaum lansia, pengguna
feature phone itu juga datang dari masyarakat kalangan bawah.
Di samping migrasi 4G LTE yang sedang dilakukan Smartfren, Munir tetap mengakui bahwa para pengguna
feature phone termasuk penyumbang trafik layanan
voice dan SMS.
Sekadar diketahui, dari 12 juta pengguna Smartfren, sekitar dua jutanya sudah bermigrasi ke 4G LTE. Kemudian dari 10 juta
user, 80 persennya tercatat telah menggunakan
handset yang mendukung jaringan CDMA all band, sementara 20 persennya masih menggunakan
feature phone tersebut.