Jakarta, CNN Indonesia -- Tren perangkat
mobile yang mendukung akses internet dengan harga terjangkau diakui berkontribusi dalam mendorong perekonomian.
Asia Tenggara menjadi salah satu daerah dimana masyarakatnya pertama kali mengenal akses internet melalui perangkat
mobile. Tidak mengherankan jika internet diprediksi mampu menciptakan peluang kerja baru bagi masyarakat.
Dalam sebuah laporan berjudul
"One Million Opportunitioes: The Impact of Mobile Internet on the Economy of Southeast Asia" yang dikeluarkan oleh Oxford Economics pada Juni lalu mencatat penetrasi pengguna internet melalui perangkat
mobile di Asia Tenggara pada tahun 2014 mencapai 38 persen dari total populasi, atau meningkat lebih dari tiga kali lipat sejak 2010.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun angka pendapatan masih rendah, namun dengan meningkatnya pengakses internet mobile diprediksi akan menambah US$1,5 miliar GDP (Produk Domestik Bruto) dan berpotensi menambah satu juta pekerjaan pada tahun 2020.
Untuk menggenjot laju ekonomi, pemerintah daerah diharapkan aktif mempromosikan peluang ekonomi yang bisa memainkan peran penting dalam promosi online. Ditambah, sikap pemerintah dalam membuat kebijakan yang berdampak pada meningkatnya angka investasi.
Quah Mei Lei, industry principal digital transformation Asia Pacific Frost & Sullivan menyebut pertumbuhan pengguna internet mobile bukan salah satu faktor signifikan dalam pertumbuhan ekonomi berbasis daring di Asia Tenggara.
 Ilustrasi pengguna ponsel pintar (CNN Indonesia/ Hani Nur Fajrina) |
Menurutnya, pertumbuhan internet
mobile paling signifikan terjadi di Singapura dan Brunei Darussalam. Sementara di negara Laos, Kamboja, dan Myanmar pertumbuhannya kurang menonjol.
"Dibandingkan internet
mobile,
fiber-to-the-home (FTTH) mengalami pertumbuhan yang cepat hampir di semua negara di Asia Tenggara, bahkan hal ini yang paling digenjot oleh pemerintah Myanmar," kata Quah seperti dilansir
Computer Weekly.Fakta bahwa pasar tumbuh secara dinamis dapat meningkatkan risiko bagi pemerintah untuk membuat regulasi secara tergesa-gesa hingga berujung pada salah kebijakan. Hal ini tentu dapat berpengaruh pada pertumbuhan industri kreatif yang berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi negara.
Tantangan di IndonesiaSecara umum, analisa yang dilakukan oleh World Bank dan Frost & Sullivan menyebut kemiskinan menjadi faktor utama pertumbuhan
mobile internet di Asia Tenggara. Kemiskinan juga menjadikan tingkat pendidikan rendah sehingga sekitar 30 persen penduduk memiliki penghasilan kurang dari US$3,10 per hari.
Sementara di Indonesia, biaya akses data masih dirasa terlalu mahal sehingga perlu dikurangi agar terjangkau oleh masyarakat.
Sektor internet
mobile diprediksi hanya mampu berkontribusi sebesar US$30,1 miliar bagi negara di tahun 2015-2020. Jumlah ini jauh dibawah sektor manufaktur sebagai kontributor terbesar dengan kontribusi lebih dari US$80 miliar.
Meski belum dianggap sebagai sektor utama pendapatan negara, menariknya mobile internet justru menjadi pendorong meningkatnya penghasilan sektor tradisional. Di tahun 2020 diprediksi akan ada lebih dari 500 ribu jenis pekerjaan formal baru seiring dengan pertumbuhan akses internet melalui perangkat
mobile.
Sebagai negara dengan geografis terluas dan populasi terbesar di Asia Tenggara, diprediski mobile internet akan mendukung pertumbuhan sektor kehidupan di Indonesia. Sebut saja peningkatan taraf pendidikan dasar, pembangunan infrastruktur jalan, hingga ketersediaan fasilitas kesehatan berkualitas bagi masyarakat.