Nadiem: Transportasi Online Bisnis Paling Cepat Diadopsi

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Jumat, 26 Agu 2016 07:05 WIB
"Konsumen yang telah beralih ke online untuk transportasi, they will never go back to offline," kata Nadiem Makarim, pendiri sekaligus CEO Gojek.
Pendiri dan CEO Gojek, Nadiem Makarim. (CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nadiem Makarim sebagai pendiri sekaligus CEO Gojek, percaya diri bahwa layanan transportasi online menjadi sektor yang paling cepat diadopsi. Bukan hanya di Indonesia, melainkan dalam ruang lingkup global.

Dalam sebuah diskusi di ajang Google-Temasek Report Press Briefing di Jakarta, kemarin, Nadiem menegaskan bagaimana kekuatan bisnis layanan transportasi berbasis aplikasi telah mengubah perilaku konsumen dalam memilih jasa.

"Transportasi menjadi layanan paling cepat diadopsi oleh masyarakat di seluruh dunia. Hal ini absolut, melihat perilaku konsumen yang enggan berpindah ke offline lagi ketika mereka sudah menjadi online," ucap Nadiem.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia melanjutkan, "berbeda dengan situs e-commerce, meski pertumbuhannya pesat, namun masih ada orang yang suka belanja ke toko. Sementara konsumen yang telah beralih ke online untuk transportasi, they will never go back to offline."


Selain transportasi, pria berkacamata ini juga menyatakan layanan pengiriman makanan yang dipesan secara online juga menempati posisi adopsi tercepat. Dia mengklaim jasa pembelian dan pengantaran makanan GoFood dan Gojek telah menjadi layanan terbesar di Asia (di luar China) mengalahkan India.

Google dan Temasek, dalam sebuah laporan riset terkini, memprediksi nilai pasar transportasi online di Indonesia bisa mencapai US$5,6 miliar atau sekitar Rp74,1 triliun pada 2025, dengan pertumbuhan 22 persen setiap tahunnya. Sementara nilai pasar transportasi online Indonesia pada 2015 lalu adalah US$800 juta ata setara Rp10,5 triliun.

Di pasar perdagangan elektronik alias e-commerce, Indonesia juga memiliki potensi pasar yang sangat besar. Menurut Google dan Temasek, nilai pasar e-commerce Indonesia diprediksi akan meningkat sebesar 39 persen setiap tahun hingga 2025 dan mencapai angka US$46 miliar atau setara Rp608 triliun.


CEO MatahariMall.com, Hadi Wenas, yang hadir dalam acara serupa turut menambahkan, bahwa bisnis e-commerce Indonesia belakangan ini sering disandingkan dengan perkembangan di India, China, bahkan Amerika Serikat. Namun menurutnya, adopsi layanan e-commerce di Indonesia berbeda dengan negara lain sangat berbeda karena saat ini konsumen yang berbelanja secara langsung di toko fisik jumlahnya masih sangat besar.

"Layanan e-commerce di India, China atau Amerika Serikat diadopsi sangat cepat. Once online sector takes over, offline slows down," tutur Hadi.

Hal tersebut disebut Hadi tidak terjadi secara cepat pesat di Indonesia. Ketika ekonomi merambah ke dunia online, masih banyak warga yang memilih offline. Keduanya diyakini bisa tumbuh bersama. (adt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER