Jakarta, CNN Indonesia -- Ambisi Google membuka layanan ride-sharing di San Francisco bukan main-main, karena mereka berencana memanfaatkan aplikasi Waze untuk memungkinkan pengguna berbagi ruang di kendaraannya, menurut laporan The Wall Street Journal.
Langkah tersebut akan menempatkan Google berhadapan langsung dengan layanan sekelas UberPool dari Uber yang saat ini masih jadi penguasa pasar ride-sharing global. Kabar ini sekaligus menjelaskan alasan kepindahan David Drummon, eks petinggi Uber, ke jajaran eksekutif Alphabet.
Untuk awalnya, Google akan mengoperasikan layanan ride-sharing ini di area San Francisco pada musim gugur ini. Sistem yang akan mereka adopsi pun akan berbeda dengan Uber. Layanan ini bakal membantu calon penumpang mencari pengendara yang punya tujuan sama sehingga biaya yang akan ditanggung calon penumpang lebih rendah. Tujuannya adalah agar kedua pihak pengguna layanan ini punya hubungan yang lebih setara. Berbeda dengan layanan Uber, Lyft, atau taksi konvensional yang sifatnya lebih profesional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Google akan memulai program pilot ini terbatas di Bay Area, California, dengan melayani 25 ribu pegawai dari beberapa perusahaan, seperti Walmart dan Adobe Systems. Pengembangan lebih jauh layanan ini akan terbuka bagi siapa saja --pemilik kendaraan dan calon penumpang-- yang memiliki aplikasi Waze.
Sebelumnya, Google telah menguji program percontohan Waze di Israel yang memungkinkan pemilik mobil membawa dan mengantar penumpang ke suatu tujuan. Layanan baru ini diberi nama RideWith.
Konsep layanan Google ini sedikit-banyak mirip dengan aplikasi lokal Indonesia bernama Nebengers. Aplikasi tersebut juga mempertemukan pemilik kendaraan (motor atau mobil) dengan calon penumpang yang punya tujuan perjalanan yang sama. Hanya saja biaya tumpangan tergantung dengan syarat yang diajukan oleh sang pemilik kendaraan. Biasanya berupa patungan biaya bensin.
Meski Uber dan Google mengusung konsep ride-sharing yang berbeda, namun kedua perusahaan tersebut diperkirakan bergerak ke arah yang sama: taksi tanpa pengemudi.
Keseriusan Google mengembangkan taksi tanpa pengemudi pada model bisnis ride-sharing terlihat dari perubahan unit bisnis terbaru di dalam tubuh perusahaan dan hadirnya Shaun Stewart --mantan petinggi Airbnb dan CEO Trip Advisor.
Pengembangan layanan Google ini diprediksi akan mengubah hubungan baik yang dimiliki Google dengan Uber. Hal ini sesuai dengan laporan Financial Times yang mengabarkan Uber sedang mengurangi ketergantungan dari Google Maps dan Waze dengan menciptakan aplikasi peta sendiri. Google sendiri tercatat sebagai salah satu investor cukup besar di Uber.
(adt)