Jakarta, CNN Indonesia -- Tepat lima tahun sejak pertama kali digunakan di Jepang, Line secara resmi mencatatkan penawaran umum perdana di bursa saham New York dan Tokyo pada pertengahan Juli lalu.
Chief Executive Takeshi Idezawa seperti dilaporkan The Wall Street Journal mencatat IPO
(Initial Public Offering) hari pertama Line dengan profit US$1,26 miliar atau setara Rp16,6 triliun. Dengan keuntungan dari penjualan saham tersebut, Line akan memperkuat ekspansi bisnis di empat negara utama-Jepang, Thailand, Taiwan, dan Indonesia.
Untuk pasar Indonesia, Managing Director Ongki Kurniawan mengakui jika prospek ekspansi bisnis sangat besar. Tanpa mengungkap angka pasti, Ongki mengakui jika perusahaan siap menggelontorkan uang yang tidak sedikit untuk ekspansi bisnis di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kesempatan ekspansi bisnis masih besar, kami akan gunakan hal ini untuk merebut pasar. Keuntungan yang didapat akan digunakan untuk mencapai objektif Line di Indonesia melalui pendekatan nilai-nilai lokal," kata Ongki sesaat setelah diskusi media di Jakarta, pekan lalu.
Objektif yang dimaksud Ongki yakni menjadikan Line sebagai portal pintar nomor satu di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.
Sementara itu, untuk saat ini ia mengklaim secara prinsip sudah memenuhi ketentuan pemerintah terkait dengan perusahaan
over-the-top (OTT) asing yang beroperasi di Indonesia.
"Untuk memperjelas
positioning, saat ini kami sudah memiliki entitas lokal dan keterbukaan pajak. Kemungkinan untuk kerjasama dengan OTT lokal dan asing lainnya pun sedang dijajaki untuk membuka kesempatan bisnis yang lebih luas," ucapnya menambahkan.
Untuk menjangkau misi itu, selain dikenal sebagai layanan pesan instan, belakangan perusahaan asal Jepang ini juga menggandeng pelaku usaha untuk memperluas portofolio usahanya.
Sebut saja layanan Line Shopping Official Account yang ditujukan untuk pelaku usaha berjualan, Line Business Connect untuk menghubungkan pengguna langsung dengan penyedia bisnis, dan Line@ yang bisa menjadikan akun personal menjadi sarana promosi bisnis.
Lebih lanjut Ongki memberi ilustrasi, layanan Line Business Connect yang pertama bekerjasama dengan Go-Jek, Sale Stock, dan Elevenia mendapat sambutan baik dari mitra bisnis dan pengguna. Ia menyebut penjualan dua
e-commerce dan pemesanan layanan transportasi daring meningkat tinggi.
"Selain hanya mengirimkan info promosi, pengguna juga bisa berinteraksi langsung dengan admin Go-Jek, Sale Stock, dan Elevenia. Mereka punya tim khusus untuk menjawab setiap pertanyaan terkait detil pesanan atau komplain," imbuhnya.
Khusus untuk Go-Jek, menurutnya kerjasama yang dilakukan sedikit berbeda. Line memanfaatkan sistem,
database, dan API bersama untuk menangani setiap pesanan tanpa perlu repot memasang dan membuka aplikasi Go-Jek.
Kedepannya, mantan petinggi salah satu operator ini menargetkan pelaku UKM di berbagai daerah bisa mempromosikan usaha menggunakan Line.
"Targetnya,
platform kami bisa dipakai juga untuk kalangan usaha kecil dan menengah mempromosikan produk mereka, jadi bukan hanya untuk
e-commerce," ungkapnya.
Hingga Juni 2016, Line tercatat memiliki 220 juta pengguna aktif dengan 90 juta diantaranya berasal dari Indonesia. Sejak tersedia tahun 2013 hingga saat ini di tanah air, generasi millenial (usia 18 hingga 32 tahun) merupakan pengguna mayoritas Line yang jumlahnya mencapai 72 juta.
(evn)