Jakarta, CNN Indonesia -- Reed Hastings sebagai CEO layanan penyedia streaming konten Netflix mengungkapkan pendapatnya mengenai pesaing potensial bagi perusahaannya. Jawabannya bisa dibilang di luar dugaan kebanyakan orang.
Jika berbicara tentang siapa pesaing utama Netflix, mayoritas orang cenderung akan memikirkan layanan serupa seperti HBO, Hulu, Amazon, Hooq, hingga Iflix.
Kenyataannya, pemain besar di ranah digital yang dianggap sebagai pesaing 'berbahaya' bagi Netflix adalah platform yang fokus pada hal berbeda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kompetisi yang kami takutkan adalah soal substitusi alias pengganti. Maksudnya adalah, ketika orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu di Snapchat atau Facebook dan YouTube, hingga aplikasi baru yang belum dikembangkan," ujar Hastings di sela wawancara dengan
Wall Street Journal.
Secara mendasar, Hastings ternyata berpikir lebih jauh dari sekadar layanan sejenis yang memang jelas-jelas sebagai pesaingnya secara langsung. Ia justru lebih khawatir layanan lain yang berpotensi jadi "Netflix selanjutnya".
Meski begitu, Hastings meyakini bahwa konten film dan serial televisi bisa menjadi ceruk bisnis yang menjanjikan di masa depan.
"Dalam jangka panjang, Anda harus percaya bahwa film dan serial TV akan menjadi opera dan novel baru, yang jelas ceruk bisnis potensial. Hiburan manusia akan bergerak ke sesuatu yang baru. Tantangan utamanya adalah, bisakah kami menemukan bentuk baru dari hiburan tersebut?" sambungnya.
Sebelumnya pada Juli kemarin, Netflix mengumumkan jumlah pengguna global pada kuartal terakhir 2016 yakni 83,18 juta user.
Angka tersebut ternyata meleset dari target. Dari total user global tersebut, Amerika Serikat menyumbang 160 ribu user baru dan 1,52 juta user dari negara-negara lain.
Padahal pada April lalu, Netflix memasang target ada sebanyak dua juta user baru dari skala internasional dan 500 ribu user dari AS. Sehingga, target awal Netflix pada kuartal kedua 2016 adalah 84 juta user.
Pihak Netflix mengatakan sumber dari melesetnya target pengguna tersebut berasal dari pertumbuhan lambat yang dialami perusahaan. Netflix di kuartal kedua ini mengaku hanya mengalami peningkatan kecil.
Netflix dilaporkan mendulang pendapatan US$2,11 miliar pada kuartal kedua 2016, dengan harga saham per lembar US$0,09.
Sementara kabarnya para investor mengharapkan Netflix akan tetap mengalami pertumbuhan signifikan dari segi pengguna dan layanan, meski perusahaan teknologi itu harus bersaing ketat dengan Amazon.
(hnf/tyo)