NASA 'Tembaki' Lautan Pakai Laser dari Antariksa

Hani Nur Fajrina | CNN Indonesia
Rabu, 28 Des 2016 11:12 WIB
Demi mempelajari ekosistem laut di Bumi, NASA memanfaatkan laser dari satelitnya yang telah mengangkasa di orbit selama satu dekade.
Satelit Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observation (CALIPSO) yang dilengkapi instrumen Cloud-Aerosol LIdar with Orthogonal Polarization (CALIOP) untuk 'menembak' lautan dengan laser demi penelitian. (NASA/Timothy Marvel)
Jakarta, CNN Indonesia -- Meski terlihat sangat ambisius terhadap misi luar angkasa, NASA juga tetap menjalankan penelitian iklim di bumi pertiwi. Proyek terbaru yang dipublikasikan adalah pemanfaatan laser antariksa untuk lingkungan laut.

Selama ini NASA memiliki satelit Cloud-Aerosol Lidar and Infrared Pathfinder Satellite Observation (CALIPSO) yang mengorbit Bumi sejak 2006 silam. Satelit ini dilengkapi oleh instrumen ilmiah bernama Cloud-Aerosol LIdar with Orthogonal Polarization (CALIOP).

Nah, CALIOP yang memanfaatkan teknologi laser ini digunakan NASA untuk memonitor plankton di area kutub Bumi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Percobaan sebelumnya hanya bisa mengukur level plankton dari satelit ketika plankton itu terkena bayangan dari sinar Matahari di lautan.

Kemudian sistem Lidar tersebut dikembangkan agar tidak lagi mengandalkan sumber sinar Matahari. Jadi, saat NASA 'menembak' laser itu dari antariksa kini bisa melacak vegetasi saat siang dan malam hari.

"CALIOP adalah terobosan bagi kami mengenai penelitian laut jarak jauh dari antariksa. Kami mampu meneliti ekosistem laut dari ketinggian setelah selama ini bisa dibilang kami buta," ucap ilmuwan Chris Hostetler.

Pada dasarnya tim ilmuwan telah mempelajari variasi plankton menggunakan CALIP sejak 10 tahun silam. Namun baru bisa secara maksimal belakangan ini.

Hal yang mendasari badan antariksa ini menseriusi penelitian bawah laut menggunakan 'tembakan' laser adalah, mereka menemukan perubahan lingkungan rantai makanan area kutub. Hal ini juga mempengaruhi siklus fitoplankton.

"Kami juga ingin memahami rantai makanan biologis dan produksinya secara keseluruhan di wilayah kutub Bumi, maka kami juga harus fokus bagaimana perubahan yang terjadi di ekosistem laut antara si predator dan mangsanya," imbuh pakar plankton laut Michael Behrenfeld dari Oregon State University.

Dari publikasi resmi NASA, tim ilmuwan berharap program ini bisa memberi data penting untuk pengelolaan ekosistem, industri perikanan komersil, serta pemahaman masyarakat mengenai iklim Bumi dan kunci penting dari ekosistem laut. (hnf/tyo)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER