Jangan Lupakan Infrastruktur Telekomunikasi di Papua

Susetyo Dwi Prihadi | CNN Indonesia
Kamis, 26 Jan 2017 11:41 WIB
Pemerintah perlu menagih komitmen dari operator yang ada di Indonesia untuk membangun jaringan di Indonesia Timur, seperti Papua.
Ilustrasi (Foto: CNN Indonesia/Susetyo Dwi Prihadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Papua masih membutuhkan pembangunan jaringan telekomunikasi secara berkesinambungan agar layanan seluler di Bumi Cendrawasih bisa merata. Dan itu membutuhkan komitmen dari semua operator.

“Sungguh terlalu, dari 5 operator seluler yang ada di Indonesia, hanya ada satu Telkomsel yang mengudara di sana hingga pelosok. Tanpa adanya pilihan," ungkap Pengamat senior Seluler yang juga Anggota Wantiknas Garuda Sugardo di Jakarta, Kamis (26/1).

Dia menambahkan entah sampai kapan Indonesia di bagian Timur sepenuhnya memperoleh kesempatan berbagai pilihan operator seperti halnya di Pulau Jawa.

Perubahan rezim pemerintahan selama 20 tahun terakhir, nyatanya belum berhasil mengurusi kesenjangan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Miris sekali. Karenanya saat Menkominfo era Presiden Jokowi mengeluarkan jurus best practice dalam upaya mensolusinya, kita pantas memberinya jempol. Dan kita tunggu hasilnya," sindirnya.

Asal tahu saja, Telkomsel dengan dukungan dari induk usahanya memang lumayan dominan di Indonesia Bagian Timur, apalagi Papua. Operator yang identik dengan warna merah ini memiliki basis pelanggan di Papua dan Maluku sekitar 5,251 juta nomor, sedangkan populasi yang terjangkau adalah 4,2 juta jiwa dari total 5,8 juta jiwa.

Sementara TelkomGrup memiliki 1,78 juta pelanggan seluler dengan 1.046 BTS di Jayapura. Sedangkan layanan IndiHome di Papua ada 7.155 pelanggan, 2.805 diantaranya di Jayapura. Untuk sambungan telepon ada sekitar sekitar 28.000 satuan sambungan. Per Desember 2016, jumlah populasi penduduk Papua sekitar 3,2 juta jiwa.
 
Kunci keberhasilan dari operator pelat merah ini memang di konsisten membangun infrastruktur sebagai pondasi untuk menjaga sustainability ke depan di tengah gempuran pesaing dan pemain over the top (OTT).

Sementara operator lainnya tak melakukan hal serupa.

"Sah-sah saja! Dasarnya adalah hitungan untung-rugi bisnis dari sebuah wilayah yang penduduknya pun tipis.
Namun bagi saya, kunci penggelaran jaringan di Papua adalah komitmen sebagai anak bangsa dan rasa mencintai Papua," tegasnya.

Sementara itu, Telkom sebagai BUMN operator telekomunikasi mengklaim tak akan mengendurkan semangat untuk membangun jaringan di Papua.

"Pembangunan infrastruktur merupakan kewajiban bagi Telco Company (Telco) seperti Telkom Group, tidak eranya Telco mengandalkan alat produksi dan teknologi terdahulu sebagai main driver revenue stream. Kami terus lakukan transformasi infrastruktur untuk memberikan customer experience terbaik dan mendorong digital business," ungkap VP Corporate Communication Telkom Arif Prabowo pada kesempatan lain.

Diungkapkannya, pada tahun 2016 beberapa pekerjaan besar dan penting telah diselesaikan Telkom terkait dukungan untuk tulang punggung pita lebar yang melayani Nusantara, bahkan lintas negara. Tercatat, selesainya proyek SEA-ME-WE 5, jaringan kabel optik bawah laut dari Dumai ke Marseille Perancis melalui Asia Tenggara dan Timur Tengah yang akan membawa Indonesia menjadi pusat traffic-hub dunia.

Ada lagi, jaringan kabel optik bawah laut Makasar, Kendari, Maumere sepanjang 1700-an KM yang merupakan fase terakhir bagian dari pembangunan Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS).

"Total kita bangun jaringan tulang punggung 106 ribu km lebih atau 2.5 kali keliling bumi. kalau di level akses, Telkomsel punya 130 ribu BTS, jaringan serat optik ke rumah sebanyak 16 juta homepass, dan lima juta diantaranya dibangun di 2016," paparnya.   

Ditambahkannya, di tahun 2017 TelkomGroup tetap ekspansif membangun jaringan tulang punggung diantaranya dengan meluncurkan Satelit Telkom 3S tak lama lagi, menyelesaikan kabel laut SEA-US sepanjang 14 ribu km lebih, dan membangun 19 jaringan tulang punggung optik di 19 kabupaten

Salah satu prioritas adalah membangun Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Manokwari-Jayapura sebagai jaringan cadangan bagi SMPCS yang sering terputus atau mengalami gangguan karena faktor alam. Jaringan sepanjang 1.000 km sebagai 'link diversity' dalam upaya recovery gangguan trafik berulang antara Jayapura dan Sarmi.
 .
"Sebenarnya yang terkena dampak dari sering terputusnya jaringan SMPCS hanya kota Jayapura saja, Manokwari, Biak, Sorong, FakFak sampai Merauke normal. Kami sangat senang kalau ada operator lain mau menemani Telkom menyediakan jaringan tulang punggung di Indonesia bagian Timur ini, agar ada pilihan dan sama-sama membangun anak bangsa," tutupnya.

(tyo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER