Jakarta, CNN Indonesia -- November 2016 silam, Samsung menambah lini ponsel segmen menengah dengan merilis Galaxy J7 Prime. Ponsel cerdas ini merupakan upgrade dari seri yang sama yang tampil di Indonesia di tahun yang sama.
Imbuhan kata 'Prime' bisa jadi karena rilis varian tersebut berada di tahun yang sama dengan J7 edisi 2016. Dibanding edisi 2016, tak banyak fitur baru yang ditawarkan Samsung di J7 Prime.
Namun secara keseluruhan, satu fitur baru berupa pemindai sidik jari dan desain yang cukup elegan sejalan dengan konsep Prime yang diusung Samsung. Untuk melihatnya lebih lanjut,
CNNIndonesia.com berkesempatan mengulik kebolehan J7 Prime.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Desain Kokoh Foto: CNN Indonesia/Bintoro Agung) |
Konsep prime, yang berarti terbaik atau utama, tampak terwakili dari desain J7 Prime yang cukup menawan. Menggunakan material metal di sekujur bodi, J7 Prime terkesan kokoh dan tegas.
Namun penggunaan bahan metal tadi kadang bermasalah ketika dipakai orang dengan tangan yang mudah berkeringat. Akibatnya ponsel kadang terasa licin.
Samsung juga memakai desain unibodi sehingga pengguna J7 Prime tidak bisa melepas baterai ponsel. Desain unibodi biasa hadir di ponsel dengan harga premium hingga f
lagship, ada kesan serupa yang ingin dihadirkan di J7 Prime.
Dari segi dimensi pun tak ada perubahan berarti dari edisi sebelumnya. Samsung tetap mengusung layar 5,5 inci, sama seperti J7 2016 hanya disertai beberapa perubahan kecil.
Perubahan kecil itu termasuk penempatan speaker yang sebelumnya berada di sisi kiri ponsel yang kini terletak di atas tombol kunci layar sekaligus power. Di seri J7 2016, speaker berada di punggung ponsel, di sebelah kamera belakang.
 (Foto: CNN Indonesia/Bintoro Agung) |
Namun ketika mengoperasikan dengan satu tangan, posisi pengeras suara itu terasa tidak pas. Pasalnya letak speaker ini sangat terjangkau posisi jari ketika memegang ponsel satu tangan.
Ini bisa dirasakan ketika menonton video di YouTube, tiba-tiba volume suara kendor akibat speaker terhalang jari kita. Hal ini sangat mengganggu ketika memegang ponsel dengan satu tangan sambil mendengarkan audio melalui speaker.
Samsung mengenakan tombol Home fisik di J7 Prime. Di tombol ini pula alat pindai sidik jari yang jadi jualan utama disematkan oleh Samsung.
Sempat terbersit kesan biasa saja, nyatanya pemindai sidik jari di J7 Prime bekerja begitu prima. Sensitivitas tombol Home memindai sidik jari kita terasa begitu baik. Tak perlu bersusah payah mencari letak pas, sensor J7 Prime relatif cepat dan mulus dalam mengenali sidik jari penggunanya.
Tampilan Layar MenurunBahkan teknologi layar Super AMOLED (720 x 1280 pixel) di edisi sebelumnya justru digusur dengan layar PLS TFT (1080 x 1920 pixel). Memang dari resolusi dan kepadatan gambar, TFT lebih unggul ketimbang Super AMOLED.
 Foto: CNN Indonesia/Bintoro Agung) |
Namun perlu diingat Super AMOLED menghasilkan gambar lebih jernih, lebih kontras, dan hemat daya daripada PLS TFT. Lagipula PLS TFT lebih sering dipakai di ponsel bujet, berbanding terbalik dengan Super AMOLED yang laris dipakai ponsel premium dan flagship.
Saat memutar video yang warna kaya, gambar yang keluar bagus. Tapi untuk ukuran layar 1080p, sekadar bagus jelas bukan hal istimewa.
Bersambung ke halaman selanjutnya..
Kali ini, Samsung hanya membekali satu jenis chipset di J7 Prime yaitu Exynos 7870 Octa dengan CPU Cortex A53 1,6 GHz octa-core, dan GPU Mali-T830MP2. Di edisi sebelumnya, Samsung menyediakan dua varian prosesor yaitu dengan Snapdragon 617 atau Exynos 7870 Octa.
Pabrikan asal Korea Selatan itu juga sedikit mengangkat kapasitas RAM J7 Prime jadi 3 GB dan ruang penyimpanan 32 GB dengan slot MicroSD tambahan yang bisa membaca hingga 256 GB.
Pada saat pengujian, aplikasi sengaja dibuka hingga belasan. Namun kinerja ponsel relatif stabil, tak menunjukkan ada tanda-tanda lag atau lainnya.
Lain cerita ketika streaming video dan bermani game secara paralel. Ponsel langsung panas dan prosesor mulai kepayahan. Well, dengan kapasitas prosesor demikian, tentu itu tidak mengagetkan.
Untuk urusan baterai, Samsung masih menyediakan kapasitas sebesar 3.300 mAh, sama seperti edisi J7 sebelumnya. Pengisian baterai dari 0 hingga 20 persen terjadi hanya dalam waktu kurang dari lima menit dan butuh tiga jam hingga penuh total.
Hanya saja meski kapasitas baterai tak berubah, daya tahan J7 Prime terasa sedikit menurun ketimbang pendahulunya.
Kamera Foto: CNN Indonesia/ |
Kamera adalah satu fitur yang terus diperhatikan Samsung di setiap edisi J7 Prime. J7 Prime dibekali dengan kamera utama 13 megapiksel dan kamera depan 8 megapiksel dengan bukaan cahaya f/1.9 untuk keduanya serta auto-fokus di kamera utama.
Resolusi kamera depan naik dari 5 megapiksel. Ini membuktikan tren selfie masih jadi faktor pertimbangan bagi ponsel kelas menengah ini.
Satu-satunya perubahan paling mencolok dari fitur kamera J7 Prime adalah hilangnya flash LED di kamera depan. Sebagai gantinya, terdapat screen flash yang berfungsi sebagai sumber cahaya layaknya flash normal. Jadi ketika seseorang mengambil gambar selfie dan mengaktifkan opsi flash, cahaya layar akan terang sekali. Hasilnya pun kurang memuaskan. Sebab cahaya yang dihasilkan terlalu menyebar.
 Foto: CNN Indonesia/ |
Pada pengujian kamera utama, sejatinya kamera ini masih terbilang lemah di kondisi cahaya sedikit. Namun di tempat bercahaya normal, outdoor sekalipun, kamera J7 Prime benar-benar prima.
Hanya saja auto-fokus di kamera ini lamban. Ada jeda sepersekian detik yang dibutuhkan hingga fokus terkunci.
KesimpulanSamsung membutuhkan evolusi seri Galaxy J7 untuk bertanding dengan kompetitornya di segmen menengah. Namun Samsung masih pelit inovasi di Galaxy J7 Prime.
Sebagai titik jual utama, pemindai sidik jari dan penambahan kapasitas RAM jadi 3GB memang bagus. Di bagian detil seperti penempatan speaker, screen flash, pemilihan layar TFT ketimbang AMOLED, serta daya baterai yang tidak lebih baik dari pendahulunya, boleh dibilang Galaxy J7 Prime ini tak ubahnya ponsel tambal sulam. Fitur barunya diiringi kompensasi pemangkasan di sana-sini.
Namun secara keseluruhan sebagai ponsel senilai Rp3,8 juta, Samsung berhasil menghadirkan kesan Galaxy J7 Prime sebagai ponsel premium, meski masih sebatas kesan.