Jakarta, CNN Indonesia -- Vivo berencana mendirikan pusat riset dan pengembangan (R&D) di Jepang untuk produksi ponsel cerdasnya. Jepang dipilih karena dianggap sebagai pusat teknologi kamera.
Brand Manager Vivo Indonesia Edy Kusuma membocorkan rencana mendirikan R&D di Jepang karena peluang pasar fotografi di sana terbuka lebar.
"Jepang inikan adalah negara yang punya potensi fotografi yang sangat bagus," ujar Edy yang ditemui usai peluncuran Vivo V5Plus di Jakarta, Jumat (10/2).
Pemilihan Jepang, menurut Edy, juga didasari oleh reputasi negeri Sakura sebagai produsen kamera terbaik di dunia. Vivo bermaksud 'mencuri' teknologi kamera Jepang untuk diaplikasikan ke ponsel mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vivo sendiri tercatat sudah memiliki fasilitas R&D di sejumlah kota dunia seperti Beijing, Shenzhen, Nanjing, Hangzhou, Chang'an, San Diego, dan Silicon Valley.
TKDN Terpenuhi
Sementara di Indonesia, Edy belum bisa memastikan apakah Vivo bakal membangun R&D di Indonesia. Vivo sebenarnya sudah punya pabrik perakitan di Indonesia, lebih tepatnya di Cikupa, Banten.
Namun Edy menegaskan bahwa V5Plus yang baru mereka luncurkan sudah memenuhi unsur Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 30 persen.
"Vivo ini sudah memenuhi peraturan TKDN, sudah 30 persen lokal, termasuk komponennya," pungkas Edy.
V5Plus yang baru diluncurkan oleh Vivo adalah kelanjutan seri V5 yang telah masuk ke Indonesia pada November 2016. V5Plus mengandalkan lensa ganda di kamera depan dengan fitur efek bokeh.
Seperti pada V5, V5Plus yang menyasar segmen generasi milenial dengan rentang umur 18-25 tahun yang gemar selfie.
(tyo)