Jakarta, CNN Indonesia -- Upaya Presiden AS Donald Trump untuk membawa kembali pabrik produksi iPhone ke negara asalnya tampaknya harus dikubur dalam-dalam.
Founder sekaligus chairman Foxconn Terry Gou baru-baru ini mengatakan pihaknya merasa berkeberatan dengan permintaan Trump untuk membuka pabrik perakitan di AS. Setelah mempertimbangkan banyak aspek, Gou akhirnya memutuskan untuk urung mendirikan pabrik.
Laporan terbaru
Nikkei mencatat Gou merasa pemerintah AS tidak menawarkan insentif tambahan bagi Foxconn untuk mendorong perwujudan rencana tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya merasa prihatin bagaimana AS bisa menyelesaikan semua masalah investasi dalam waktu beberapa bulan. Terlebih AS tidak memiliki tenaga kerja terampil dan rantai pasokan yang komprehensif," ungkap Gou seperti dilansir
9to5Mac.
Bukan hanya itu, Gou juga mempertanyakan komitmen Presiden Trump untuk pemberian insentif bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya di AS.
"Kami masih harus menunggu keputusan mereka (pemerintah AS) apakah mereka bersedia menawarkan program insentif untuk investor asing?" imbuh Gou.
Alih-alih memboyong pusat perakitannya ke Negeri Paman Sam, Gou menekankan akan memperkuat rantai pasokannya ke sejumlah daerah di China. Shenzhen, Guangzhou, dan Pearl River Delta ditargetkan menjadi pusat perakita Foxocnn berikutnya.
Ketiga lokasi tersebut ditargetkan menjadi lokasi pasokan bahan baku terlengkap untuk produksi perangkat besutan klien Foxconn, salah satunya Apple.
Keputusan Gou kali ini berbanding terbalik dengan optimismenya pada akhir tahun lalu yang merasa sanggup memenuhi permintaan untuk membuka pabrik dan menciptakan lapangan pekerjaan di AS.
Sebelumnya Trump diketahui sempat berbicara empat mata dengan CEO Tim Cook untuk membawa Apple kembali ke tanah kelahirannya. Cook kemudian mendesak mitra perakitnya, Foxconn dan Pegatron untuk memenuhi permintaan tersebut.
Pegatron secara tegas sudah lebih dulu menolak permintaan tersebut, lantaran akan berpengaruh pada harga jual iPhone yang bisa melambung tinggi.
Trump sempat mengancam akan memberlakukan tarif impor 45 persen untuk barang-barang uang diimpor dari China. Akibat rencananya itu, sejumlah ekonom sempat memperingatkan keputusan ini bisa merusak kondisi ekonomi kedua negara.