Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika berencana untuk menghilangkan 2G untuk efisiensi industri. Wacana ini mendapat respon dari perusahaan penyedia jasa telekomunikasi.
CEO XL Axiata Dian Siswarini mengungkap bahwa teknologi 2G dinilai lebih baik ketimbang 3G, terutama untuk layanan suara atau panggilan telepon.
Sementara teknologi 3G dianggapnya terlalu "nanggung" untuk melayani akses data karena kualitasnya tidak terlalu baik. Untuk itulah dalam sebuah diskusi yang dihadirinya di Barcelona, penyedia teknologi memiliki pemikiran untuk memilih mengakhiri hidup teknologi 3G ketimbang 2G.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin 2G itu yang akan kami keep karena untuk layanan suara 2G itu yang paling bagus kalau dibandingkan dengan 3G. Pak Joko bilang benar 3G itu seperti agak banci karena buat voice kurang bagus, buat data juga kurang afdol gitu, nggak seafdol 4G." terang Dian di Balai Kartini, Jakarta dalam acara Indonesia LTE Conference 2017, Selasa (25/4).
Kedepan, Dian mengungkap strategi untuk mempertahankan teknologi 2G yang diperuntukkan untuk layanan suara dan 4G untuk akses data. Pemikiran untuk memilih mematikan 3G ketimbang 2G disebutnya baru muncul saat menghadiri sebuah pertemuan di Barcelona.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pihaknya akan melihat dukungan dari penyedia teknologi mengenai pilihan wacana mempertahanakan teknologi 2G. Ketika penyedia teknologi berkeputusan untuk membunuh 2G, meski teknologi ini dinilai lebih efisien, maka pihaknya sebagai operator akan mengikuti hal itu.
"Memang cukup viral mana yang akan kita pertahankan dan buang, tapi kalau kami sebagai operator harus melihat dukungan dari penyedia infrastruktur. Kalau mereka pada akhirnya mengatakan bahwa 2G itu akan sampai dimatikan, maka itu yang akan kami ikuti," imbuhnya.
Pemikiran mengubah wacana mematikan 3G disebutnya melihat pada pertimbangan tingkat efisiensi. Panggilan suara dianggap lebih efisien saat dilayani dengan 2G, sementara spektru 3G nantinya bisa dimodernisasi untuk dialokasikan sebagai tambahan teknologi 2G, 4G atau 5G ke depan.
Menanggapi hal tersebut, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatikan Kominfo, Ismail, mengatakan bahwa masukan dari operator akan menarik untuk dibahas lebih lanjut. Namun jika benar 2G terbukti lebih efisien setelah pengkajian yang dilakukan, pemerintah akan memberikan dukungan baik dalam bentuk kebijakan maupun spektrum netral.
"Lihat sikonnya kalau bisa aturan apa yang bisa mendukung kalau memang ide itu benar, maka harus diadakan pengkajian dulu. Saya kira menarik untuk dibahas lebih lanjut," ujar Ismail saat ditemui di kesempatan yang sama.
Sebelumnya, CEO Indosat Ooredoo juga mengatakan bahwa 3G tidak lebih baik untuk layanan suara ketimbang 2G. Pihaknya juga menyarankan pemerintah untuk lebih baik mematikan 3G jika tujuan akhirnya berupa efisiensi.